Hukum Besi kehidupan: Proses

Hukum Besi kehidupan: Proses

Di dunia ini semua mengalami proses, baik proses kepada kesempurnaan atau pun proses kepada kehancuran atau kebinasaan.

Di dunia ini semua mengalami proses, baik proses kepada kesempurnaan atau pun proses kepada kehancuran atau kebinasaan.

Di dunia ini semua mengalami proses, baik proses kepada kesempurnaan atau pun proses kepada kehancuran atau kebinasaan.

Manusia sejak lahir mengalami proses menjadi balita kemudian menjadi anak-anak, selanjutnya menjadi remaja dan sempurna menjadi dewasa. Setelah dewasa umur 40 tahun, siklus nya menjadi terbalik, secara perlahan menuju kepada ketiadaan, akhirnya meninggalkan dunia.

Seluruh manusia menginginkan hidup sehat, panjang umur bahkan andai Tuhan mengizinkan, mereka ingin hidup selamanya. Keinginan manusia untuk hidup abadi kemudian tertuang dalam berbagai macam cerita mitos, tentang Air Kehidupan, Air Keabadian, apabila manusia meminumnya maka dia akan hidup abadi.

Di sadari atau tidak, manusia dengan jasadnya tidak akan mampu hidup abadi karena jasad akan tunduk kepada hukum-hukum alam, mengalami proses menuju ketiadaan. Keabadiaan hanya bisa dilakukan oleh ruh manusia, sesuatu yang sangat halus dan tidak terikat dengan hukum dunia. Manusia abadi adalah manusia yang rohaninya telah berhampiran dengan Yang Maha Hidup, yaitu Allah SWT. Kehidupan abadi orang-orang dekat dan menjadi pilihan Allah ini bisa ditelusuri dalam al-Quran :

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Bahkan mereka itu hidup tetapi kamu tidak menyadarinya. (Q.s. al-Baqarah: 154)

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bersenang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bersenang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.(Q.s. Ali Imran: 169-71).

Hidup abadi seperti yang digambarkan dalam al-Quran bukanlah serta merta, tentu harus memenuhi rukun dan syaratnya. Hanya orang-orang yang gugur di jalan Allah mengalami keabadian. Gugur di jalan Allah bisa bermakna gugur ketika melakukan perjalanan menuju Allah Taala, mengikuti Thariqat-Nya, andai pun belum sampai maka Allah tetap menempatkan dia kepada tempat yang terpuji sebagaimana yang telah Allah janjikan.

Saya selalu teringat cerita Guru tentang ikan asin, pada dasarnya seluruh ikan kalau mati pasti mengalami busuk, tapi tidak berlaku ikan ikan asin, ikan asin lebih abadi, lebih lama tahan lama. Kenapa? Karena ikan asin telah mengalami proses, direndam dalam sari pati laut yaitu garam, setelah direndam maka ikan menjadi abadi. Bahan untuk merendam ikan tidak lain berasal dari unsur utama tempat dia hidup, yaitu laut.

Begitu juga dengan manusia kata Guru sufi, Ruhani nya harus direndam dengan sari pati Allah Taala berupa Nur Ala Nurin, merupakan sari pati kehidupan hakiki lewat proses zikir sampai tenggelam dalam samudera Allah Taala, barulah ruh nya menjadi abadi karena telah terisi dengan Kalimah Allah.

Setelah mengalami proses itu barulah berlaku kalimat Innalillahi Wainalilahi Rajiun, asal dari Allah kembali kepada Allah. Tentu yang berasal dari Allah adalah cahaya-Nya sendiri, cahaya yang telah terserap kedalam ruh dari anak Adam, tanpa mengalami proses itu maka ruh akan tersesat dalam cakrawala maha luas tak terbatas, berjuta-juta tahun berjalan tidak akan sampai kepada Allah. Hanya cahaya Allah yang bisa kembali kepada Allah.Wallahu Alam Bishawab! [ ]

Sumber : sufimuda

Komentar Anda

komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll To Top
Request Lagu
Loading...