Dinas Koperasi UKM Harus “Bangun” untuk Kaum Milenial Madina

Panyabungan, StArtNews-Dunia usaha Madina, khususnya skala kecil dan menengah, sangat membutuhkan dukungan manajemen dan permodalan. Oleh karena itu, Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak boleh kita biarkan “tertidur”.
Hal itu disampaikan pemerhati koperasi, usaha kecil dan menengah, Zainal Arifin, MSi, dalam diskusi kecil sejumlah tokoh muda Madina di Panyabungan, Kamis (28/11).
“Kabupaten Mandailing Natal (Madina) harus bisa memosisikan dan memantapkan eksistensi pemuda di dunia usaha. Ruang usaha harus kita buka seluas-luasnya agar persentase pengusaha, utamanya dari kalangan pemuda, semakin signifikan dalam memenuhi target kuantitas pengusaha secara nasional yang mestinya bisa memenuhi rasio 14 % dari jumlah penduduk Indonesia,” ujarnya.
Selain itu, tambahnya, Madina harus dapat mengalihkan minat dan ketertarikan pemuda dari menjadi karyawan atau pegawai negeri sipil ke profesi pengusaha. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) harus punya program beserta dukungan anggaran yang relevan dan proporsional untuk pemuda atau kaum milenial Madina.
“Makanya, harapan kita plot anggran di R-APBD 2020 nantinya bisa mengakomodir kebutuhan dunia usaha. Jangan cuma kebagian anggaran untuk kegiatan rutin. Buat apa itu kalau enggak ada kegiatan yang mengena. Kalau tidak dapat anggaran lebih untuk itu, mungkin OPD perlu mempertimbangkan agar digabung saja dengan Pelayanan Perizinan Satu Pintu saja, misalnya,” imbuhnya.
Salah satu faktor yang selama ini membunuh visi dan keberanian pemuda untuk meretas jalur wirausaha adalah sulitnya akses modal, termasuk bagi sejumlah pemuda yang sudah bergerak di koperasi, usaha kecil dan menengah.
“Saya sampaikan, Dinas Koperasi UKM tidak boleh tidur. OPD seperti ini harus menggeliat kembali untuk mendorong kemunculan dan menopang peningkatan kewirausahaan pemuda,” katanya.
Lebih jauh lagi, mantan aktivis mahasiswa yang sekarang menjadi pengurus Hipmi Madina periode 2016-2019 itu mengungkapkan, Madina seyogianya punya andil untuk memenuhi target jumlah pengusaha baru secara nasional, termasuk merangkul pemuda untuk mendorong bersama-sama realisasi gagasan “one village, one product”.
Dia juga menyebutkan, berdasarkan kajian di sejumlah negara maju, idealnya komposisi pengusaha itu harus mencapai 14% dari total penduduk.
Dia pun mengaku gembira atas fakta bertambahnya jumlah pengusaha di Indonesia dari yang sebelumnya hanya sebesar 1,67%=menjadi 3,10%.
Hanya saja, dia menyayangkan, angka 3,10% itu masih jauh dari angka idealnya. Indonesia Yang sudah berpenduduk kisaran 230 juta jiwa ini masih butuh pemuda wirausaha dalam jumlah yang sangat banyak. Karena itu Madina sepantasnya punya peran besar untuk itu.
Selanjutnya, Zainal Arifin menggambarkan, jumlah pelaku wirausaha seperti di Amerika Serikat, bisa mencapai lebih dari 60% generasi milenialnya justru memilih jadi pengusaha (enterpreneur) ketimbang bekerja di perusahaan.
Reporter: Z Ray
Editor: Hanapi Lubis
Comments
This post currently has no comments.