Kotanopan, StartNews – Kotanopan dicanangkan sebagai Kota Pejuang dan Pendidikan. Pencanangan ini dilakukan pada 25 Agustus 2017 oleh Bupati Mandailing Natal (Madina), yang saat itu dijabat Dahlan Hasan Nasution.
Pencanangan sebagai Kota Pejuang untuk Kotanopan bukan tanpa alasan. Pasalnya, di kecamatan ini, banyak lahir tokoh pejuang kemerdekaan walaupun namanya tidak tercatat dalam buku sejarah RI. Paling tidak, ada delapan bukti sejarah jejak pejuang kemerdekaan di Kotanopan.
Passanggarahan Kotanopan
Passanggarahan Kotanopan ini pernah disinggahi Presiden RI pertama, Soekrno. Orang nomor satu di Republik ini singgah dan bermalam di Passanggarahan Kotanopan dan menempati kamar nomor satu.
Selain itu, Presiden Soekarno juga sempat mengadakan rapat akbar pada tanggal 16 Juni 1948. Dia menyosialisasikan kemerdekaan dan mengajak warga Mandailing untuk tetap mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan NKRI. Soekarno berdiri di tangga rumah peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1930 ini. Rapat yang berlangsung di halaman Passanggarahan ini dihadiri ratusan tokoh pejuang kemerdekaan.
Tugu Perintis Kemerdekaan
Bukti Kotanopan sebagai Kota Pejuang, di daerah ini dibangun Tugu Perintis Kemerdekaan. Tugu Perintis Kemerdekaan ini dibagun pada tanggal 9 November 1988. Lokasinya di depan Passanggrahan Kotanopan dan diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara saat itu, Alm. Raja Inal Siregar. Tugu ini untuk mengenang mereka yang berjuang sebelum kemerdekaan sampai kepada Proklamasi dikumandangkan.
Dari cacatan yang ada di Tugu Perintis Kemerdekaan, sedikitnya ada 24 nama pahlawan yang sudah mendapat SK dari Pemerintah RI. Sedangkan nama-nama pejuang lainnya masih menunggu SK berikutnya.
Tugu ini merupakan tugu satu-satunya yang dibangun di wilayah Mandailing Natal, Padangsidempuan, bahkan mungkin di Sumatera Utara. Hal ini semakin membuktikan bahwa Kotanopan merupakan kota perjuangan sesuai dengan yang tertulis di Tugu Perintis bahwa “Kotanopan Merupakan Basis Perjuangan Perintis Kemerdekaan”.
Nama-nama 24 pahlawan yang tertulis di tugu tersebut adalah H. M. Ali Hanafiyah Lubis (H. Mahals Lubis), Yahya Malik Nasution, Tinggi Lubis, Makmur Lubis, H. Ayub Suleman Lubis, Abd. Aziz Lubis, Abd. Rahman Parinduri, H. Adam Malik Batubara, Abd. Hamid Lubis, Buyung Siregar, Muhiddin Nasution, Abu Kosim Daulay, Ilyas El Yusuf, H. M. Yunan Nasution, Muslim Arif Lubis, Ahmad Nasution, Abd. Gani Nasution, H. Marahsudin Chatib Hasibuan, Mangaraja Ihutan Lubis, Mangara Sayuti lubis, Anwar Nasution, Adnan Nur Lubis, M. Phaid Matondang, Ayub Lubis, dan KH. Ahmad Nasution.
Tugu Pahlawan
Untuk mengenang para pahlawan kemerdekaan di Kotanopan, juga dibangun Tugu Pahlawan yang posisinya saat ini ada di depan Terminal Pasar Kotanopan. Tugu Pahlawan ini dibangun tahun 1959 dan diresmikan saat peringatan Hari Pahlawan ke-14. Saat ini, Tugu Pahlawan sudah ditata Pemkab Mandailing Natal dengan membangun taman, gapura, dan lampu hias. Tugu Pahlawan ini setiap tahunnya dijadikan tempat pemberian karangan bunga sebagai bentuk penghormatan untuk pejuang kemerdekaan RI.
Tiang Bendera di Pasar Kotanopan
Tiang bendera ini dibangun tahun 1945 dan merupakan tempat penaikan bendera Merah Putih ke tiga di Indonesia setelah Jakarta dan Bukittinggi setelah proklamasi dikumandangkan tahun 1945. Saat ini, posisi tiang bendera ini berada di lapangan Pasar Kotanopan. Dulu setiap peringatan HUT RI, upacara penaikan bendera dilakukan di tiang bendera ini. Namun, belakangan seiring pembangunan ruko di Pasar Kotanopan, lapangan untuk upacara makin sempit sehingga tidak layak lagi dijadikan tempat upacara.
Prasasti
Prasasti ini dibuat untuk mengenang pahlawan Perintis Kemerdekan. Di atas prasasti ini tertulis “Lokasi ini adalah bekas rumah almarhum H. Amin Nasution yang dipergunakan sebagai tempat rapat tokoh-tokoh Partai Politik mulai tahun 1915”. Sebagian dari mereka (tokoh-tokoh partai politik) telah ditetapkan sebagai Pahlawan Perintis Kemedekaan yang diprakarsai Sutan Endar Bongsu. Prasasti ini terdapat di simpang tiga Pasar Kotanopan.
SDN 01 Kotanopan
Lokasi sekolah SDN 01 Kotanopan juga termasuk lokasi bersejerah. Selain sekolah ini masih mempertahankan bangunan lama peninggalan Belanda, di lokasi ini dulunya areal pertempuran pejuang kemerdekaan untuk mengusir Jepang dari bumi Indonesia.
Ponpes Subulussalam
Pondok Pesantren Subulussalam yang terdapat di Sayurmaincat, Kecamatan Kotanopan, mempunyai andil besar dalam mengusir penjajah dari Bumi Gorang Sembilan (Madina). Banyak pengurus Ponpes ketika itu yang ditangkap Belanda, kemudian dibuang ke luar Sumatera.
Masa kemerdekaan, Ponpes Subulusslam juga dijadikan markas TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Saat itu, pengurus, santri, dan guru-guru Ponpes Subulussalam mengadakan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Ponpes Subulussalam sering dijadikan tempat rapat dan musyawarah untuk menentang Belanda. Namun, gerakan ini tercium oleh Belanda, akhirnya beberapa pengurus dan guru Ponpes Subulussalam dipanggil Asisten Residen ke Padangsidempuan.
Tidak berapa lama, pemerintah Belanda menangkap lima orang pengurus Ponpes dan warga Desa Sayurmaincat, di antaranya Tinggi Lubis (dibuang ke Digul – Irian Jaya), Yahya Malik Nasution (dibuang ke Digul – Irian Jaya), H. Alinafiyah Lubis (H. Mahals Lubis) dipenjarakan di Sukamiskin, Jawa Barat, Makmur Lubis dibuang ke Ternate, dan Abdul Aziz dibuang entah kemana.
Pada tahun 1945, saat Proklamasi Kemerdakaan RI, Ponpes Subulussalam kembali dijadikan asrama TKR. Setelah asrama TKR dipindahkan, Ponpes Subulussalam dijadikan asrama oleh Jawatan Sosial. Seterusnya, Ponpes Subulussalam dipergunakan tempat latihan Napindo. Kemudian tahun 1949, Ponpes Subulussalam kembali dibuka untuk sekolah.
Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sayurmaincat
Walaupun TPU Sayurmaincat tidak termasuk bagian dari perjuangan, tetapi di TPU ini pusara empat orang pejuang kemerdekaan berbaring. Tidak mengherankan jika Pemkab Mandailing Natal selalu membuat acara renungan suci dalam rangka memperigati HUT Kemerdekaan RI di TPU ini.
Dari batu nisan yang ada, ada empat pejuang atau veteran yang dimakamkan di TPU ini. Mereka adalah H. Mhd. Yasin Lubis, Npv/Nrp 2.043.694. Lahir tanggal 31 Desember 1925 dan meninggal tanggal 24 Desember 2004.
Makam lainnya bernama Darwis Thaib, Npv/Nrp: 2.006.833, lahir tanggal 15 Februari 1927 dan wafat tanggal 27 Februari 2008. Kemudian, M. Ilyas Parinduri, Npv 6589/F, lahir tahun 1925 dan meninggal tahun 1999. Selanjutnya, Amir Rajab Parinduri, Npv 20.45.845/L, lahir tanggal 15 Juli 1928 dan meninggal 12 Oktober 2011.
Sebagian lagi pejuang perintis kemerdekaan ini ada yang dibuang Belanda ke luar daerah seperti ke Penjara Sukamiskin, Digul (Irian Jaya) Ternate, Jawa, bahkan sampai sekarang ada beberapa orang lagi yang belum ditemukan makamnya akibat ditawan Belanda pada masa itu.
Reporter: Lokot Husda Lubis