Irigasi Sering Rusak, Sejumlah Petani di Madina Gagal Panen

Irigasi Sering Rusak, Sejumlah Petani di Madina Gagal Panen

STARTNEWS – KOTANOPAN : Karena irigasi sering rusak, sejumlah petani sawah di Kecamatan Kotanopan, tepatnya di desa Muara Siambak dan Muara Pungkut Kab. Mandailing Natal gagal Panen. Kondisi ini tentunya membuat petani pasrah di tengah himpitan ekonomi saat ini.

260113-tt_03-300x174

Informasi yang di himpun dari sejumlah petani, salah satunya dari Husin Lubis mengatakan, penyebab tanaman padinya gagal panen karena irigasi Bondar Bariba Tamiang  yang berhulu di Kelurahan Tamiang sejak mulai tanam padi selalu rusak di hantam arus sungai Batang Gadis kalau banjir.

Akibatnya kondisi padi tidak bisa berkembang, tinggi tanaman padi hanya sekitar 30 Cm, sedangkan bulir padi tidak ada yang muncul. Padahal, biaya yang dikeluarkan para petani untuk membantu perbaikan irigasi dengan cara gotong royong mencapai Rp. 600 ribu per petani. Namun kerusakan hulu irigasi selalu terjadi karena di hantam arus sungai kalau banjir.

Husin menambahkan, seringnya irigasi Bondar Bariba Tamiang ini rusak sangat berdampak kepada hasil panen. Bayangkan saja, lanjut Husin, kalau irigasi ini bagus, biasanya pendapatannya mencapi 70 kaleng setiap panen. Namun panen kali ini pendapatannya hanya 5 kaleng. Jadi ini murni gagal panen akibat ketiadaan air.

Lebih jauh Husin mengatakan hasil panen 5 kaleng ini tentunya tidak mampu lagi menutupi biaya perbaikan irigasi yang telah dikeluarkan, belum lagi untuk biaya sewa tanah areal persawahan. Padahal, panen ini satu-satunya harapan warga untuk stok belanja satu panen kedepan dan untuk biaya menyekolah anak-anak.

Hal yang sama juga di alami petani lainnya Asrul Sani Lubis. Menurutnya, hasil panennya biasanya mencapai 200 kaleng, namun akibat rusaknya irigasi ini penghasilan panen hanya 10 kaleng.

Asrul mengatakan , kondisi ini juga di alami petani lainnya,  seperti M. Hasan, biasanya hasil panennya 70 kaleng, Zulfikar 30 kaleng, Suriah 200 kaleng, Alm. Sudirman 100 kaleng, Aji 40 kaleng, Fahlevi 70 kaleng dan Mandra 100 kaleng. Namun panen kali ini semuanya rata-rata di bawah 10 kaleng. Bukan itu saja, areal persawahan  di daerah ini juga banyak yang beralih fungsi menjadi tanaman karet karena air tidak ada.

Baik Husin dan Asrul Sani Lubis berharap agar Pemerintah segera membangun hulu irigasi secara permanen. Sebab, tanpa hal itu setiap datang banjir sungai Batang Gadis di bagian hulu irigasi ini pasti akan hanyut karena masih di pasang secara tradisional.

Kontributor : Lokot H. Lubis

Komentar Anda

komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll To Top
Request Lagu
Loading...