Petani Kakao di Madina Mulai Rasakan Dampak Wabah Corona

Petani Kakao di Madina Mulai Rasakan Dampak Wabah Corona

Panyabungan.StArtNews– para petani Kakao mulai merasakan dampak resesi ekonomi pasca merebaknya wabah Virus Covid-19 di belahan dunia tak terkecuali di Indonesia.

Di Kabupaten Mandailing Natal sendiri, petani kakao sudah resah akibat menurunnya harga bahan baku coklat tersebut.
Dari pengakuan Sahron, salah satu petani Kakao di Desa Pidoli dari harga Rp28.000 sampa Rp30.000 perkilo gramnya, saat ini pengepul hanya berani ambil di harga Rp20.000 sampai Rp22.000 saja per kilo gramnya. Kondisi ini diakuinya sejak adanya wabah virus Corona .

Sahron mengaku dengan kondisi harga yang rendah, dirinya terpaksa menyetop penjualan hasil kebunnya sementara menunggu harga kembali stabil.

Berbeda dengan Adlin, dia terpaksa menjual hasil panen kakaonya meski harga di bawah karena untuk menutupi kebutuhan keluarganya sehari-hari Adlin hanya mengandalkan hasil kebun kakaonya saja.

Salah satu pengepul hasil bumi di Panyabungan, Said Nasution mengaku, selaku pengepul juga kewalahan untuk menjual karena tauke besarnya tidak menampung barang akibat tidak adanya permintaan ekspor ke luar negeri.

Said Nasution membenarkan turunnya harga hasil bumi jenis kakao.

“Paling tinggi kita mengambil dari petani Rp22.000/Kg. Itu pun kalau kondisi barangnya bagus, kalau barangnya kualitas biasa saja, kita berani bayar Rp.20.000/ kg,” katanya.

Sebenarnya tidak hanya hasil bumi jenis Kakao saja yang harganya turun, Kemiri juga mengalami penurunan harga, dari Rp9000/ kg, saat ini hanya Rp6000 / kg.

Hal yang sama kata Said Nasution juga terjadi pada hasil bumi buah pinang, dari harga biasa Rp12.000/ kg, sekarang hanya Rp8000 / kg.

Dari data yang diperoleh StArtNews sendiri, ada sekitar 3,900 hektare kebun Kakao rakyat di Kabupaten Mandailing Natal dengan perkiraan produksi mencapai 3.700 ton atau perkiraan lebih kurang 1.300 kg/ ha/tahun.

Sementara untuk kebun pinang, ada sekitar 122 hektare areal kebun pinang rakyat yang tersebar di 23 Kecamatan di Mandailing Natal dengan rincian produksi mencapai 86,34 ton dengan rata-rata produksi per hektarenya mencapai 1.415 kg/ ha/ tahun.

Untuk jenis Kemiri sendiri, dari 3.423 hektare, pendapatan mencapai 6.000 ton lebih atau hampir 2000 kg/ ha/ tahun.

Tim Redaksi StArtNews

Editor : Hanapi Lubis

Komentar Anda

komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll To Top
Request Lagu
Loading...