SARA, Sumbu Pendek yang Mudah Terbakar

SARA, Sumbu Pendek yang Mudah Terbakar

Kapolres Madina AKBP Martri Sonny, S.IK menyampaikan materi dan arahan seputar Peran dan Fungsi POLRI Mencegah dan Menanagani Isu SARA di Kabupaten Mandailing Natal

Panyabungan.StArtNews- Konflik SARA adalah konflik yang cepat membesar karena masyarakat mempunyai karakter “sumbu pendek”, mudah terbakar dan meledak.

Pendeknya sumbu ini menghalangi akal sehat dan kesabaran untuk berpikir menghargai perbedaan. Hal-hal kecil dengan cepat meledak jika pelakunya berbeda dari sisi SARA, sementara hal-hal yang lebih besar akan mudah diterima jika pelakunya dari kelompok yang sama.

Hal itu disampaikan Kapolres Mandailing Natal,  AKBP Martri Sonny dihadapan para tokoh agama, pimpinan ormas keagamaan dan pengurus FKUB Mandailing Natal di Hotel Rindang Panyabungan, Selasa (12/9)

Dikatakan Kapolres, konflik SARA, khususnya faktor agama sering terlihat dan disimpulkan sebagian masyarakat menjadi pemicu pecahnya suatu konflik sosial. Faktor agama dari SARA hanya menjadi “limbah” suatu masalah yang lebih besar, seperti masalah penguasaan sumber daya alam, kesiapan bersaing, serta kolusi antara pejabat dan suatu etnik tertentu.

“Konflik SARA yang pernah terjadi di  Madina sampai saat ini belum pernah terjadi dengan pemicu faktor “agama”. Konflik sara yang terjadi di Sihepeng setelah dianalisa dan dievaluasi karena pembajakan akun Facebook yang bersangkutan oleh orang lain.

Sedangkan konflik yang terjadi di Dusun Simpang Bambu Desa Sundutan Tigo Kecamatan Natal motif pelaku meletakkan kepala babi di tangga Musholla dipicu adanya persaingan usaha dimana banyak pemburu babi yang datang ke wilayah tersebut. Dengan meletakkan kepala babi tersbut maka masyarakat yang beragama Islam akan marah dan mengusir pemburu babi yang datang ke dusun tersebut,” ungkap Kapolres.

Di tambahkannya,   untuk melakukan pencegahan konflik SARA di Madina, Polres Mandailing Natal akan terus melakukan peningkatan kerjasama, silaturrahmi dan membangun sinergitas dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, pimpinan keormasan, pimpinan partai politik, pemerintah daerah, maupun institusi lainnya untuk penguatan kerukunan hidup umat beragama di Madina, sehingga umat beragama dapat dengan tenang dan nyaman dalam mengamalakan ajaran agamanya masing masing yang telah dijamin oleh konstitusi.

Di akhir pemaparan materinya beliau berharap kepada seluruh peserta untuk dapat menerima ke-bhinneka-an dan keragaman bangsa Indonesia ini, dengan didasari rasa kecintaan terhadap bangsa Indonesia, dan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa, dengan mengmbangkan sikap dan sifat saling menghormati dan menghargai setiap perbedaan.

Reporter : Lokot Husda

Editor : Hanapi Lubis

Komentar Anda

komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll To Top
Request Lagu
Loading...