Cianjur, StartNews – Satu keluarga lagi korban gempa Cianjur, Jawa Barat, berasal dari Mandailing Natal (Madina), Sumut. Namanya Marwahuddin Nasution (43). Kerugian yang dialami ayah lima ini tergolong parah, lantaran rumah kontrakan mereka hampir rata dengan tanah.
Semua dagangan di warung pun nyaris tak terselamatkan. Bahkan, dalam dua tiga hari terakhir, banyak dagangan di dalam puing-puing reruntuhan bangunan diambil warga yang mulai kelaparan karena belum dapat bantuan.
“Ada yang minta izin. Mereka mengaku lapar. Banyak juga yang mengambil tanpa memberi tahu kami,” kata suami Nur Alina Hasibuan (42) ini.
Pasangan suami-istri ini berasal dari Kecamatan Siabu, Madina. Marwah berasal dari Desa Sihepeng 5, sedangkan Nur Alina dari Sihepeng Induk.
Marwah dan Nur Alina memiliki lima anak: Sri Wahyuni (20/putus sekolah), Ahmad Rinaldi (18/kelas dua SMK), Munawar (14/tsnawaiyah), Martua (12/kelas 5 SD), dan Hanafi Mulia (5).
Keluarga ini tinggal di Kampung Padarum, Desa Benjot, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jabar. Daerah ini merupakan pusat gempa Cianjur magnutido 5,6 yang terjadi pada Senin (21/11/2022).
Di rumah tersebut, pasangan ini membuka warung kelontong. Mereka sudah empat tahun di sana. Merantau dari Sihepeng karena ingin mencari rezeki. Namun, sekarang keluarga ini harus mulai lagi dari nol lantaran bangunan seluas 87 meter persegi itu nyaris rata dengan tanah akibat gempa yang berdasarkan data terakhir menewaskan 272 orang.
Menurut Marwah, 18 orang di antara korban meninggal itu merupakan tetangganya. “Jumlah terakhir dari kampung saya 30-an. Misalnya, pada Kamis (24/11/2022), masih ditemukan seorang ibu sedang hamil dalam keadaan tak bernyawa di bawah reruntuhan bangunan,” ujar Marwah.
Untuk sementara Marwah dan keluarga menumpang di tempat rumah seorang famili di Rawabungo, Cianjur. “Kami belum berani ke lokasi, gempa susulan masih terus terjadi,” sebutnya.
Memang gempa susulan yang berpusat di Cianjur masih terus terjadi. Pada Kamis (24/11/2022), misalnya, guncangan gempa tergolong besar. Berdasarkan catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) magnitudo 4.1.
Marwah belum bisa memastikan jumlah kerugian yang dialami akibat gempa Cianjur. Yang pasti, kata dia, barang-barang isi rumah nyaris tidak bisa diselamatkan. Kalaupun nanti ada, mungkin hanya sebagian pakaian yang bisa selamat.
“Itu pun belum tahu kondisinya. Sebab, kami belum berani membersihkan runtuhan bangunan,” ujar Marwah melalui telpon.
Dia menyebutkan sampai Jumat (25/11/2022), belum ada satupun yang memberikan bantuan kepada keluarga mereka, termasuk Pemkab Cianjur atau pemerintah pusat. “Itulah sebabnya banyak korban mengaku kelaparan. Sebab itu semua korban tinggal di pengungsian.”
Cerita mengenai kejadian gempa, beberapa saat sebelum guncangan terjadi, Marwah dan istri sedang bincang-bincang di luar rumah. Tiga anak sedang sekolah. Sementara anak sulung dan bungsu di dalam rumah.
Rumah itu pun runtuh. “Saya teriak dari luar supaya kedua anak saya keluar rumah. Alhamdulillah kami selamat. Kalau rumah kontrakan kami, sudah hampir rata. Kalaupun tidak runtuh menyeluruh, hanya karena pintu rolling masih baru, jadi tertahan besi pintu itu,” katanya.
Keluarga Marwah merupakan korban kedua yang diketahui berasal dari Madina. Sebelumya, keluarga Saddam (34).
Akibat gempa Cianjur tersebut, rumah kontrakannya yang dihuni bersama istrinya, Salwa Lubis (29),di Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jabar luluh lantak. Beruntung, Sadam, Salwa, dan kedua anaknya– Aftab Fhatian dan Anisah—selamat dari musibah ini.
Padahal, saat rumah sudah bergetar, Salwa masih berusaha mengambil barang-barang, meski goyangan gempa kian dahsyat “Ayo keluar, untuk apa lagi itu,” teriak Saddam kepada istrinya.
Sementara Salwa bersama kedua anaknya, untuk sementara mengungsi di rumah parebannya di Rawabungo, Cianjur.
Reporter: Rls