Warga Siobon Jae Mengeluhkan Rendahnya Harga Karet


Ket Photo: Seorang warga Desa Siobon Jae ketika menyadap karet miliknya, warga mengeluhkan rendahnya harga karet.
Panyabungan, 21 Agustus 201
Desa yang berada di Bukit Barisan paling timur di Kecamatan Panyabungan sebagai ibu kota kabupaten Madina itu bependuduk 140 KK dengan 700 jiwa itu. Dengan lokasi perbukitan tanpa ada lahan pertanian tentu hanya mengandalkan hasil perkebunan.
Demikian disampaikan Kepala Desa Siobon Jae Ikmal Batubara kepada wartawan, baru baru ini di Siobon.
“Masyarakat sangat mengeluhkan dengan kondisi harga karet yang tidak pernah lagi naik. Padahal ini merupakan hasil komoditi andalan kita, jikapun ada hasil tambahan itu yakni Kulit Manis, dan Kemiri. Maknya semenjak harga karet alam jatuh kehidupan semakin susah” ucapnya.
Kepdes mengakui setiap keluarga itu rata – rata memiliki anak antara 5 hingga 7 orang ditambah orang tua, sehingga total dalam keluarga yang harus ditutupi kebutuhan sehari – hari menjadi 7 hingga 9 orang.
Sementara hasil sadapan karet hanya 10 Kg/ hari dengan dengan masa kerja 6 hari per minggunya. “Jika kita kalkulasikan hasil per minggunya 60/ Kg dikali Rp.5.500 berarti hanya Rp.330.000/ minggu dengan anak 7 orang tentu sangat susah untuk membutuhinya” katanya.
Berbeda katanya ketika harga karet diatas Rp.10.000/ Kg terlihat kehidupan ditengah warganya cukup bergairah, banyak anak sekolah melanjutkan ke jenjang SMA sederajat. “Sekolah tingkat atas belum ada di desa kita ini, anak – anak harus menimba ilmu ke ibu kota kabupaten” ujarnya.
“Jadi dengan penghasilan yang sekarang, sudah ada yang putus sekolah keluarga tidak sanggup lagi menyekolahkan ke jenjang SLTA. Kami mengharapkan kepada pemerintah untuk bisa mencari solusi mengatasi bagaimana agar harga karet alam kembali naik” harapnya. (Z.Ray)
Comments
This post currently has no comments.