4 Menu Buka Puasa Khas Mandailing yang Dirindukan Perantau

4 Menu Buka Puasa Khas Mandailing yang Dirindukan Perantau

Panyabungan, StartNews – Bagi perantau asal Mandailing Natal (Madina), menghabiskan momen bulan puasa hingga Lebaran di kampung halaman menjadi agenda rutin setiap tahun. Selain melepas rindu dengan sanak keluarga dan atmosfir kampung halaman, beragam makanan khas Mandailing yang hanya muncul saat bulan puasa juga menjadi magnet bagi para perantau untuk pulang kampung.

Mandailing memang terkenal dengan beragam makanan khasnya. Paling tidak kehadiran empat makanan khas Mandailing ini paling dinantikan saat bulan Ramadan. Apa saja penganan khas itu? Berikut ulasannya.

Toge Panyabungan
Toge Panyabungan merupakan makanan khas dari Panyabungan, Kabupaten Madina. Saking kesohornya makanan ini, Kemendikbud menetapkan Toge Panyabungan sebagai Warisan Budaya Tak Benda di Sumatera Utara pada tahun 2017.

Toge yang dimaksud bukan sayuran yang berasal dari kecambah itu lho. Toge Panyabungan merupakan kudapan yang cocok dinikmati saat berbuka puasa. Rasanya yang segar membuat makanan ini paling dicari saat buka puasa.

Toge Panyabungan dibuat dari 5 bahan utama, yaitu cendol, beras ketan, gula merah, candil, dan lupis. Bahan-bahan dilumuri dengan kuah santan kental dan air gula aren.

Mungkin sekilas akan terlihat mirip es dawet dari tanah Jawa, tetapi setelah diaduk dan dimakan akan terasa bedanya. Ada dua cara menyantapnya, bisa disajikan dengan es batu ataupun dengan cara hangat.

Kue Bongko
Kue Bongko merupakan menu buka puasa yang juga sangat diminati oleh masyarakat di Madina. Penyajian yang dibungkus daun pisang menjadi ciri khas Kue Bongko. Rasanya yang manis dan legit serta memiliki aroma tersendiri membuat masyarakat selalu mencari bukaan yang satu ini.

Untuk pembuatannya sendiri tergolong sederhana. Bahan dasar pembuatan kue bongko ini mengandalkan tepung beras, yang kemudian direbus dan diberi pewarna alami, yaitu perasaan air pandan. Selanjutnya dicampur gula merah yang sudah dihaluskan untuk pemanis. Terakhir ditambah perasan santan murni dan dibungkus yang selanjutnya dikukus.

Kue Bika Tutung
Kue Bika Tutung merupakan salah satu makanan khas Mandailing. Saat bulan puasa, makanan ini jamak dijajakan pedagang di Pasarlama dan Pasarbaru Panyabungan. Namun, kue ini lebih favorit untuk daerah Pasar Maga, Kecamatan Lembah Sorik Marapi atau di Tanobato, Kecamatan Panyabungan Selatan.

Kue Bika Tutung ini juga sering dijadikan oleh-oleh dari Mandailing. Saat bulan Ramadan, kue ini juga banyak diburu untuk menu buka puasa.

Bika Tutung dibuat dari campuran buah pisang, tepung, kelapa, dan gula aren yang kemudian dipanggang menggunakan sabut kelapa. Dalam proses pemanggangannya, kue ini akan dibolak-balik untuk kematangan lebih baik. Tutung dalam bahasa Mandailing memiliki arti dibakar.

Pakkat
Selain yang segar-segar tadi, menu berikutnya yang diincar saat buka puasa adalah Pakkat. Pakkat atau disebut juga pusuk otang (pucuk rotan muda) yang dibakar. Makanan ini sejenis lalapan khas dari Mandailing.

Proses pembakarannya membutuhkan waktu sekitar 4 jam sampai rotan berwarna hitam dan dalamnya putih. Rotan muda yang sudah dibakar tersebut akan dipotong kecil-kecil menjadi ukuran 3-5 sentimeter. Ketika hendak dimakan, biasanya Pakkat disajikan dengan sambal tuk-tuk.

Rasanya yang khas membuat Pakkat dipercaya dapat menambah nafsu makan, sehingga dijadikan lalapan saat buka puasa maupun saat sahur.

Reporter: Sir

Komentar Anda

komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll To Top
Request Lagu
Loading...