SIKAP REDAKSI-Sampai hari ini sudah ada tiga calon yang dipastikan akan mengikuti gelaran Pilkada Madina tahun 2020 ini. Kepastian itu diperoleh setelah ketiga pasangan memenuhi syarat dukungan minimal partai atau koalisi partai, yakni 20% dari kursi DPRD.
Pasangan Dahlan-Aswin telah dikukuhkan sebagai calon Bupati dari koalisi partai Golkar dan PPP. Golkar memiliki keterwakilan 5 kursi, sementara PPP ada 2 kursi. Praktis hanya butuh satu kursi lagi. Namun, dari pengakuan Sekretaris Golkar Madina, Erwin Efendi Nasution, pasangan ini sudah memenuhi syarat minimal 8 kursi DPRD. Hanya saja, masih menunggu deklarasi partai pengusung lainnya.
Sedangkan Wakil Bupati Madina aktif, H. Muhammad Jakfar Sukhairi Nasution yang berpasangan dengan Atika Azmi Utammi Nasution sudah terlebih dahulu mendapatkan ‘perahu’. Adalah PKB dan PKS yang mengusung dan sudah mendeklarasikan dukungan kepada calon ini. Partai pimpinan Gus Ami, PKB dan partai pimpinan Sohibul Iman, PKS masing-masing memiliki keterwakilan 4 kursi di DPRD Madina.
Pasangan ketiga yang sudah dipastikan bisa mengikuti pagelaran ini adalah pasangan Muhammad Sofwat Nasution-Zubeir Lubis. Pasangan ini mendapat kepastian dukungan dari partai Demokrat yang memiliki keterwakilan 5 kursi dan Partai Amanat Nasional dengan 3 kursi.
Meski ketiga pasangan telah memenuhi syarat minimal, tidak tertutup kemungkinan pasangan Calon baru dan partai lain akan turut serta. Terlebih partai dengan keterwakilan kursi yang sedikit semisal PKPI, PDIP, Partai Nasdem atau Berkarya yang hanya memiliki 1 kursi di DPRD.
Yang menjadi perhatian masyarakat luas adalah partai pemenang pemilu 2019 di Madina, Partai Gerindra. Partai besutan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto ini belum menentukan arah dukungan. Sehingga muncul gonjang-ganjing di tengah masyarakat. Gonjang-ganjing itu berupa prediksi arah dukungan dan anomali partai pemenang. Sangat aneh memang, partai pemenang ini seperti tidak dilirik oleh paslon. Padahal ketika partai ini membuka penjaringan bacalon bupati dan wakil bupati, banyak bacalon yang berebut mendaftar. Bahkan Ketua Golkar Madina, Aswin Parinduri yang saat itu masih berstatus bacalon bupati turut serta mengambil formulir pendaftaran di Gerindra.
Dari informasi terakhir yang diperoleh media, Ketua Gerindra Madina, Erwin Efendi Lubis menyampaikan Gerindra Madina masih menunggu keputusan DPP terkait bacalon yang akan diusung pada Pilkada Madina tahun ini. Ada tiga nama yang masuk dalam radar Gerindra, yakni M. Jakfar Sukhairi, Sofwat Nasution dan Huzein Nasution.
Keterlambatan dukungan Gerindra memunculkan persepsi yang tidak enak. Masyarakat sudah paham bahwa dalam penentuan bacalon diperlukan lobi-lobi politik, baik itu terkait kebijakan politik atau perjanjian politik ketika bacalon yang diusung menjadi pemenang. Ada yang menyebut perjanjian politik belum terealisasi sehingga Gerindra belum mengeluarkan rekomendasi. Masalahnya, sudah ada tiga pasangan yang telah lolos syarat minimal dan bisa dipastikan posisi Gerindra akan kurang gregetnya di koalisi yang terbentuk. Gerindra akan terlihat seperti partai pelengkap saja. Yang artinya power politik Gerindra terhadap bacalon juga akan lemah. Tentu ini tidak akan baik bagi internal Gerindra.
7 kursi milik Gerindra masih memungkinkan mengusung pasangan lain, di luar yang tiga itu. Praktis hanya butuh satu kursi lagi untuk memenuhi syarat minimal dukungan. Sementara kursi yang tersisa masih ada 9 kursi lagi, dengan asumsi pasangan Dahlan-Aswin telah mendapatkan 1 kursi tambahan dari partai yang memiliki keterwakilan 1 kursi di DPRD Madina. Adapun kursi yang masih tersedia itu yakni Hanura 4 kursi, Perindo 2 kursi, Nasdem, PDIP, PKPI dan Berkarya masing-masing 1 kursi.
Banyak muncul prediksi bahwa Gerindra akan merapat kepada pasangan Sofwat-Beir mengingat kedekatan Prabowo, Edy Rahmayadi dan Sofwat sendiri yang sama-sama berlatar belakang TNI Angkatan darat. Tidak sedikit pula yang berkeyakinan Gerindra akan bergabung dengan PKB dan PKS untuk memenangkan SUKA. Apalagi pasangan ini tentu perlu partai yang universal, mengingat PKB dan PKS cenderung melekat pada golongan muslim. Keberadaan Gerindra diyakini akan mendongkrak suara SUKA di daerah yang tidak terjangkau keduanya.
Pasangan Dahlan-Aswin juga diprediksi bisa saja didukung Gerindra, apalagi Ketua Gerindra adalah Ketua DPRD Madina. Kolaborasi antara Bupati dan Ketua DPRD diyakini akan menghasilkan kepemimpinan yang memajukan Madina. Namun, sebagian kalangan justru yakin Gerindra akan memunculkan pasangan lain dengan alasan posisi Gerindra sebagai partai pemenang akan sangat riskan jika hanya menjadi partai pelengkap saja untuk koalisi yang telah menentukan dukungan. Dengan masih ada dua tiga bakal calon pasangan yang potensial bukan tidak mungkin Gerindra akan membuat poros baru. Idris-Imran yang sempat terganjal persyaratan lewat jalur independen bisa menjadi opsi atau kepiawaian Huzein memilih wakil yang potensial bukan tak mungkin memaksa Gerindra mendukungnya.
Tanpa menapikan partai lain yang belum mendeklarasikan dukungan, langkah Gerindra memang yang paling menarik untuk ditunggu. Namun, di atas itu semua yang terpenting adalah kejelian partai dalam mengusung bacalon demi kepentingan dan kemaslahatan konstituen. Tidak ada gunanya bacalon saling sikut memikat partai jika ujungnya rakyat justru terabaikan.
Siapa saja nantinya yang maju dalam pesta demokrasi ini harus mampu menjaga keutuhan dan kehangatan komunikasi masyarakat. Jangan sampai ada pertikaian hanya karena beda pilihan. Siapa saja yang terpilih tentunya memikul beban dan tanggung jawab besar yang tidak bisa diabaikan, memajukan Mandailing Natal dari segala sisi.
Tim Redaksi StArtNews