Gubernur DKI Basuki T Purnama (Ahok) menyebut anggaran pembangunan pengolah sampah yang disebut Intermediate Treatment Facilities (ITF) di Sunter Jakarta hilang dari APBD DKI. Dia menyebut anggaran itu malah berganti anggaran ‘siluman’, yakni anggaran UPS.
Menanggapi hal ini, pihak DPRD DKI membantah pernyataan Ahok. Menurut Ketua Komisi D (Bidang Pembangunan) DPRD DKI Mohamad Sanusi, anggaran untuk ITF memang tak pernah ada dalam APBD DKI.
“Statement Pak Ahok salah dan tidak beralasan sama sekali,” kata Sanusi kepada detikcom, Senin (9/11/2015).
Dia menuturkan, rencana pembangunan tempat pembuangan sampah di wilayah dalam kota Jakarta sudah sejak zaman Gubernur Fauzi Bowo dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Awalnya, Jakarta ingin membangun Stasiun Peralihan Antara yang berfungsi mengepres sampah sehingga mengurangi pemakaian truk sampah yang menuju Bantargebang, Bekasi.
Belakangan, Jakarta ingin membangun ITF saja daripada membangun Stasiun Peralihan Antara. Pada 2011, Dinas Kebersihan DKI menyetujui agar proyek tersebut menjadi tender investasi. Lelang dilakukan sejak 2011, namun menurut Sanusi, sampai detik ini lelang tak memunculkan pemenang tender.
“Jadi itu tidak menggunakan APBD, karena proyek ITF di Sunter itu adalah tender investasi, tidak memakai APBD. Pemda tidak pernah menganggarkan ITF Sunter,” tepis polisisi Partai Gerindra ini terhadap pernyataan Ahok.
Nilai investasi di lahan 3,1 Hektar itu adalah Rp 1,2 triliun, dengan waktu konstruksi empat tahun. Bila jadi, ITF bisa mengolah 1.000 ton sampah menggunakan mekanisme limbah menjadi energi dan pembakaran (incinerator) nol polutan.
Sebelumnya di Balai Kota DKI pada Jumat (6/11) lalu, Ahok juga menyebut proyek itu senilai Rp 1,2 triliun alias sama dengan ‘anggaran UPS’ yang bermasalah di APBD 2014 itu. Namun Ahok menjelaskan, proyek ITF rencananya ditangani PT Jakarta Propertindo (Jakpro).
Ahok menyebut anggaran untuk membangun ITF di Sunter itu hilang dari APBD, berganti dengan anggaran yang entah bagaimana bisa muncul bak siluman.
“Hilang anggarannya makanya saya langsung mau ngusut, ini ada anggaran siluman. Yang nggak ada bisa muncul. Cuma saya digugat, malah mau memakzulkan saya,” kata Ahok waktu itu.