Anak-anak Trauma dan Takut ke Luar Rumah

START NEWS – Paska penganiayaan terhadap dua bocah yang menyebabkan satu orang meninggal dunia pada Minggu malam lalu di Desa Simangambat, Kecamatan Tambangan, Kabupaten Madina membuat anak-anak trauma dan takut ke luar rumah.
Jika hendak bepergian seperti ke warung, sekolah dan rumah teman, anak-anak itu merengek ditemani. Tidak hanya anak-anak, masyarakat seperti orangtua juga mengaku resah atas kejadian tersebut. Sekretaris Desa (Sekdes) Simangambat Sofyan kepada Metro Tabagsel, Selasa (17/11) mengatakan, saat ini, masyarakat mengalami trauma atas kejadian penganiayaan yang menimpa dua orang bocah di kampung itu.“Anak-anak di usia sekolah jadi takut ke luar rumah. Bahkan, banyak yang tidak masuk sekolah,” kata Sofyan.
Menurutnya, kondisi tersebut tidak hanya gara-gara musibah yang terjadi Minggu malam itu. Tetapi akibat masih adanya satu orang warga yang mengalami gangguan jiwa di desa itu. Sehingga warga beranggapan bahwa kejadian serupa bisa saja terjadi apabila warga yang mengalami gangguan kejiwaan tersebut masih berkeliaran di desa mereka.
“Saat ini masyarakat trauma dan anak-anak takut keluar rumah dan tidak masuk sekolah, karena ada satu orang lagi yang mengalami gangguan kejiwaan di kampung ini. Warga takut apabila dia tetap berkeliaran, kejadian serupa bisa terjadi dan korban bertambah,” sebut Sofyan.
Ia menjelaskan, gangguan jiwa yang dialami Syahril alias Wawa, tersangka penganiayaan dua bocah yang menyebabkan satu orang meninggal, hampir sama kondisinya dengan warga satunya berinisial HQ (26).
Sofyan menyebut, kedua warga tersebut mengalami gangguan jiwa akibat kecanduan narkoba. “Wawa dan HQ selama ini memang kecanduan ganja yang berujung mengalami gangguan kejiwaan. Wawa sudah ditangkap polisi, sementara HQ masih berkeliaran. Kondisi inilah yang menyebabkan masyarakat ketakutan,” tambahnya.
Sofyan mengaku, Selasa pagi, ia bersama perangkat desa termasuk keluarga HQ telah menemui Kapolsek Kotanopan supaya HQ diamankan atas ketakutan masyarakat.
“Tadi pagi kami sudah ke Polsek Kotanopan bersama keluarga HQ, meminta Kapolsek supaya mengamankan HQ karena masyarakat ketakutan atas kejadian yang kemarin. Warga takut kejadian serupa terulang. Memang HQ sampai hari ini belum pernah melukai warga, cuma warga saja yang ketakutan,” pungkasnya.
Kapolsek Kotanopan AKP Sudirman membenarkan kedatangan perangkat desa bersama sejumlah warga. Kedatangan mereka meminta Kepolisian untuk mengamankan seorang warga yang mengalami gangguan jiwa di desa itu, berinisial HQ.
“Iya tadi pagi perangkat desa bersama warga sudah datang meminta bantuan agar dia (HQ) diamankan. Masyarakat ketakutan atas kejadian kemarin. Hanya saja, kami tidak punya dasar hukum mengamankannya. Yang tepat dilakukan adalah menyerahkannya ke Dinas Sosial. Apa dasar kami mengamankannya? Sementara kasusnya tidak ada,” ujar Kapolsek.
Terkait penganiayaan yang dilakukan Wawa, AKP Sudirman mengatakan, saat ini pihaknya sedang mengumpulkan dan memintai keterangan saksi-saksi terkait kasus penganiayaan yang menyebabkan satu orang meninggal dan satunya lagi kritis. Selanjutnya, pihaknya akan melakukan tes psikiater terhadap tersangka, karena sampai sekarang jawaban tersangka masih ngawur dan tidak bisa dilanjutkan pemeriksaannya. Sebelumnya diberitakan, masyarakat Desa Simangambat, Kecamatan Tambangan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), heboh setelah mendengar kabar dua anak hilang menjelang maghrib pada Minggu (15/11).