Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan semakin dekat untuk memberi keputusan mengenai pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Dilansir dari AFP, Senin (4/12/2017), para pemimpin Palestina terus melobi untuk melawan pengakuan itu, karena dapat memicu kemarahan negara Arab.
Menantu Trump sekaligus utusan AS untuk perdamaian Timur Tengah, Jared Kushner, menuturkan presiden As akan melihat banyak fakta sebelum memberikan keputusan yang tepat.
“Presiden akan membuat keputusannya,” katanya, di depan Forum Saban.
“Dia masih melihat fakta-fakta yang berbeda, sehingga ketika membuat keputusannya, dia melakukannya di saat yang tepat,” tambahnya.
Pada Senin (4/12/2017) waktu setempat, Trump harus memutuskan apakah akan menandatangani penundaan rencana untuk memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem selama enam bulan berikutnya lagi.
Namun, menurut keterangan diplomat dan pengamat, Trump juga diperkirakan akan mengumumkan dukungan klaim Israel atas Yerusalem sebagai ibukota, pada Rabu (6/12/2017) waktu setempat.
Keputusan Trump kemungkinan akan memancing kegeraman di kalangan warga Palestina dan negara Arab, sehingga menghambat usaha Kushner untuk memperbaiki proses perdamaian Israel-Palestina.
Dalam forum itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menekankan ancaman Iran yang dia bandingkan dengan Nazi Jerman yang telah membunuh orang Yahudi.
Dia bahkan tak menyentuh isu Palestina, dan menggarisbawahi tentang perdamaian regional.
“Itulah satu alasan mengapa saya sangat berharap dengan masa depan. saat ini, Israel lebih disambut oleh bangsa dunia daripadia sebelumnya,” ucapnya.
Saeb Erekat, sekretaris jenderal Organisasi Pembebasan Palestina, justru kurang optimistis dan memperingatkan perubahan sikap AS terhadap Yerusalem akan memancing bencana.
Dalam sebuah pernyataan, dia menyebut AS seperti mendiskualifikasikan diri dalam peranannya mencapai perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah.
Sumber : Kompas.Com
Editor : Hanapi Lubis