Demo Berujung Bentrok, 7 Mahasiswa dan Wartawan Diamankan

Demo Berujung Bentrok, 7 Mahasiswa dan Wartawan Diamankan

5Start news – Adu mulut. Dorong-dorongan. Dipukuli. Berdarah. Semua itu terjadi saat puluhan massa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Penyelamat Uang Negara (AMPUN) Tabagsel berunjuk rasa di Kantor Bupati Paluta, Selasa (29/12).

Semula aksi unjuk rasa AMPUN Tabagsel berjalan tertib dengan pengawalan ketat dari Polres Tapsel dan Satpol PP Paluta. Namun, karena tak mendapat respon dari Pemkab Paluta, massa terlibat adu mulut dengan aparat keamanan.

Tak hanya adu mulut, dorong-dorongan dan kontak fisik pun tak dapat dihindari. Selanjutnya, ada yang ditangkap polisi dan ada yang masuk rumah sakit.

“Teman saya sudah dirawat di RSUD Kota Padangsidimpuan. Kepala rekan saya itu dipukuli dan bocor,” katanya salah satu massa AMPUN Tabagsel Hendra P Habibi Harahap.

Ia sangat menyesalkan kejadian yang menimpa ia dan rekan-rekannya, padahal saat aksi berlangsung pihaknya (massa AMPUN Tabagsel. Red) tidak berbuat anarkis.

Rama Hasibuan yang ikut membawa korban pemukulan, Sabran Nasution, ke RSUD Kota Padangsidimpuan mengatakan temannya itu sudah mendapat perawatan dan mendapat dua jahitan di kepala. “Sudah dijahit luka nya. Kepalanya bocor dan mendapat dua jahitan,” ujarnya melalui selulernya.
Dalam unjuk rasa ini, massa memilih bertahan di halaman kantor bupati dan meminta Bupati Paluta Bachrum Harahap menjawab aksi mereka. Dan, oleh Kapolsek Padang Bolak AKP S Siregar didampingi Kasatpol PP Ali Ja’far Harahap menjumpai massa dan meminta lima perwakilan dari massa untuk masuk ke dalam kantor bupati.

Massa Ampun Tabagsel yang dipimpin Wirdan Habibi Hasibuan itu menolak dan bersikeras agar Bupati Paluta hadir dan menjumpai massa untuk menyahuti aspirasi yang disampaikan.

Karena tak mendapat respon dari Pemkab Paluta, tiba-tiba massa terlibat adu mulut dengan petugas keamanan. Diduga sama-sama emosi, petugas dan massa akhirnya bentrok. Sejumlah mahasiswa dipukuli.

Massa yang berjumlah puluhan orang itu pun, kocar-kacir hingga berhamburan ke jalan raya untuk menyelamatkan diri dari kejaran polisi. Terakhir, diketahui 7 mahasiswa dan seorang wartawan yang dianggap sebagai provokator ditangkap dan diamankan ke Polres Tapsel.
Aksi Aliansi Mahasiswa Penyelamat Uang Negara (AMPUN) Tabagsel yang berujung bentrok itu bermula dari unjuk rasa yang mempertanyakan izin PT Pabatu Grup. Massa menuding PT Pabatu grup telah merampas hak milik warga transmigrasi yang berada di Desa Batang Pane III, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Paluta.

“Mana izin PT Pabatu Grup, ini merupakan penindasan terhadap kaum lemah,” teriak koordinator aksi Asrul Haris Nasution, Selasa (29/12).

Masih kata Asrul, PT Pabatu Grup telah merampas hak milik warga transmigrasi Desa Batang Pane III seluas 127 hektar dan hal itu hingga sekarang masih terus berlanjut. Padahal tanah milik warga itu sudah bersertifikat namun tetap saja masih dicaplok oleh PT Pabatu Grup.

Sementara Hendra P Habibi Harahap dalam orasinya menyesalkan lambannya kinerja Pemkab Paluta sehingga warga yang berada di Desa Batang Pane III, Kecamatan Padang Bolak tidak mendapat kepastian hukum dan bahkan persoalan antara warga transmigrasi Desa Batang Pane III dengan PT Pabatu Grup tidak pernah tuntas.

Atas dasar inilah AMPUN Tabagsel menyikapi persoalan ini merupakan menjadi tanggungjawab bersama dalam menyelesaikannya sebab setiap warga negara mempunyai hak yang sama di bumi pertiwi ini. “Di mana keadilan itu, bukankah setiap warga Negara mempunyai hak yang sama,” kata Hendra P Habibi Harahap.

Sekitar satu jam l massa AMPUN Tabagsel menyampaikan orasi. Dan, hingga pukul 13.30 WIB, massa masih memilih bertahan di halaman kantor bupati dan meminta Bupati Paluta Bachrum Harahap untuk hadir menjumpai massa. Namun, tak kunjung hadir sampai bentrokan usai.

Komentar Anda

komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll To Top
Request Lagu
Loading...