DPRD Madina Mau Tengok Kondisi SD Negeri 253 Desa Silogun

DPRD Madina Mau Tengok Kondisi SD Negeri 253 Desa Silogun

Panyabungan, StartNews – Kondisi SD Negeri 253 Desa Silogun, Kecamatan Pakantan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara (Sumut), membetot perhatian Ketua Komisi I DPRD Madina Zubaidah Nasution. Untuk itu, Zubaidah akan menjadwalkan kunjungan DPRD Madina ke Desa Silogun untuk menengok langsung kondisi desa terisolasi itu, terutama keadaan SD Negeri 253 Desa Silogun.

Zubaidah menyesalkan belum adanya tindakan nyata yang dilakukan Dinas Pendidikan Madina untuk ‘menyelamatkan’ SD Negeri 253 Desa Silogun yang kekurangan murid. Apalagi, kata dia, tidak ada murid yang mendaftar ke SD Negeri 253 Desa Silogun untuk tahun ajaran 2022-2023.

“Sebetulnya masalah ini (SD Negeri 253 Desa Silogun) sudah muncul saat Plt. Disdik Madina dijabat Arbi. Waktu itu, pihak Dinas Pendidikan mangatakan mereka akan meninjau langsung ke Desa Silogun. Tapi, sampai sekarang rupanya belum ada tindak-lanjutnya,” kata Zubaidah melalui aplikasi pesan, Rabu (27/7/2022).

Kemarin (26/7/2022), menurut Zubaidah, pihaknya kembali mempertanyakan masalah SD Negeri 253 Desa Silogun saat rapat kerja dengan Korwil. Namun, jawaban yang mereka terima masih sama seperti kondisi yang diberitakan media ini sebelumnya.

FOTO: STARTNEWS/SIR.

“Jawabannya sama dengan yang diberitakan. Sempat saya tanyakan, bagaimana tindakan kepala sekolah, apakah tidak dijemput anak-anak, diedukasi, dibujuk supaya mau sekolah,” katanya.

Lantaran mendapatkan jawaban yang kurang memuaskan, Zubaidah akan menjadwalkan kunjungan ke Desa Silogun.

“Harapan kami, mulai dari kepala sekolahnya, kepala desa, camat, bupati dan wakil bupati dapat memberikan perhatian lebih kepada Desa Silogun, khususnya SD Silogun,” tutur Srikandi Partai Golkar Madina ini.

Seperti diberitakan sebelumnya, SD Negeri 253 Desa Silogun hanya punya sembilan murid. Rinciannya, satu orang murid kelas 6, empat orang murid kelas 5, dua orang murid kelas 3, dan satu orang murid kelas 2. Sedangkan kelas 4 dan kelas 1, tidak ada muridnya.

Untuk tahun ajaran 2022-2023, tidak ada murid yang mendaftar ke SD Negeri 253 Desa Silogun. Sekolah ini diajar dua orang guru non-ASN (aparatur sipil negara). Dua guru ini – satu laki-laki dan satu perempuan. Guru perempuan berdomisili di Desa Silogun. Dia berasal dari Rao, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Lantaran suaminya berasal dari Desa Silogun, dia pun menetap di desa terisolasi ini.

Sedangkan guru laki-laki bermukim di Kecamatan Muarasipongi, Kabupaten Mandailing Natal. Kedua guru itu masing-masing mendapat honor Rp 600 ribu per bulan.

Sembilan murid SD Negeri 253 Desa Silogun itu berangkat ke sekolah seadanya. Mereka berjalan kaki dari rumah masing-masing melewati semak-belukar di tengah hutan. Ada yang bejalan kaki tanpa alas kaki. Ada juga yang pakai sandal jepit. Setiap berangkat sekolah, mereka mengenakan baju seragam yang tidak seragam. Artinya, ada yang pakai seragam putih-merah. Ada juga yang pakai seragam Pramuka.

Berbeda jauh dengan murid-murid SD di kota, seperti murid-murid SD di Panyabungan. Murid-murid SD Negeri 253 Desa Silogun badannya kecil-kecil, kurus, dan pendek. Sangat jelas tergambar, mereka kurang mengonsumsi makanan bergizi. Maklum, Desa Silogun dan lima desa lainnya di Kecamatan Pakantan termasuk locus stunting yang tinggi di Kabupaten Mandailing Natal.

Dilihat dari fisiknya, gedung SD Negeri 253 Desa Silogun boleh dibilang cukup bagus. Namun, sarana dan prasarananya seperti meja, kursi, dan buku-buku pelajaran jauh dari standar layak untuk sekolah dasar. Lokasi sekolah ini berada di tengah hutan ‘perawan’, jauh dari perkampungan.

Menurut informasi yang diperoleh dari seorang pegawai di Dinas Pendidikan Madina, setiap tahun SD Negeri 253 Desa Silogun mendapat dana BOS kurang lebih Rp 60 juta. Namun, informasi ini belum terkonfirmasi, karena kepala SD Negeri 253 Desa Silogun yang bermukim di luar Kecamatan Pakantan, jarang datang ke sekolah itu. Menurut warga setempat, kepala sekolah itu berstatus PNS.

Keberadaan SD Negeri 253 Desa Silogun yang jauh dari perkampungan ditengarai menjadi salah satu penyebab para orangtua di Desa Silogun enggan menyekolahkan anaknya ke SD ini. Selain itu, kesadaran para orangtua di desa ini terhadap betapa pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya masih sangat rendah. Mereka masih menganggap anak-anaknya tidak perlu sekolah, karena pada akhirnya anak-anak itu senantiasa bekerja sebagai petani dan pekebun.

Reporter: Saparuddin Siregar

Komentar Anda

komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll To Top
Request Lagu
Loading...