Erupsi Sinabung & El Nino Pengaruhi Penurunan Pupuk Subsidi

Erupsi Sinabung & El Nino Pengaruhi Penurunan Pupuk Subsidi

11MUSIK DAN INFORMASI SIANG – El Nino yang menyebabkan kemarau panjang dan erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara (Sumut) mempengaruhi penurunan permintaan pupuk bersubsidi oleh petani, terutama di wilayah pemasaran PT Pupuk Iskandar Muda (PIM).

“Kemarau panjang akibat El Nino dan erupsi Gunung Sinabung di Tanah Karo (Sumut) yang merupakan daerah konsumsi pupuk organik yang tinggi khususnya untuk tanaman holtikultura, mempengaruhi (penurunan) penyerapan pupuk,” kata Dirut PIM Eko Sunarko, di Jakarta, Selasa (5 Januari 2016).

Ia mengatakan pada 2015 penyerapan pupuk bersubsidi di wilayah pemasaran PIM yang meliputi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara (Sumut), Sumatera Barat (Sumbar), Riau, dan Kepulauan Riau (Kepri), serta Kalimantan Barat, hanya mencapai  67,6 persen  atau sebanyak 42.663 ton  dari target  63.100 ton.  Sedangkan pupuk urea bersubsidi penyerapannya mencapai 95,5 persen  atau 364.282 ton dari target 381.970 ton.

Meskipun permintaan pupuk bersubsidi masih di bawah target, produksi urea PIM yang masih terkendala harga gas yang tinggi, masih mampu melampaui target  yaitu mencapai 121 persen dari 370.000 menjadi 449.000 ton pada 2015.

“Target tersebut menyesuaikan dengan alokasi kebutuhan pupuk urea bersubsidi di rayon-rayon PIM yang terdiri dari Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan Kepri serta Kalimantan Barat,” kata Eko.

PIM merupakan BUMN, anak perusahaan PT Pupuk Indonesia, yang hanya memiliki kewajiban memasok pupuk urea dan pupuk organik bersubsidi di wilayah tersebut.

Kendati penyerapan pupuk turun tahun ini, PIM tetap menyiapkan pupuk bersubsidi di wilayah pemasarannya sesuai kebutuhan pada puncak musim tanam rendengan (Oktober 2015 – Maret 2016).

“Stok urea PIM yang ada di lini I (gudang pabrik) hingga lini III (gudang di kabupaten/kota) aman, mencapai 152.101 ton, cukup untuk memenuhi kebutuhan pupuk urea bersubsidi selama  lima bulan,” kata Eko.

Sementara itu, PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC) yang bertanggung jawab memasok dan memasarkan pupuk bersubsidi di Jawa Barat yang merupakan sentra produksi beras, juga mengalami hal yang sama.

Dirut PKC Bambang Tjahjono mengatakan penyerapan pupuk urea di wilayah tersebut pada 2015 hanya mencapai 86,7 persen dari target atau hanya sekitar 505.886 ton.

Tidak hanya urea, penyerapan pupuk lainnya, seperti NPK dan organik oleh petani di Jawa Barat juga mengalami penurunan.

Bambang memaparkan, penyaluran NPK bersubsidi PKC hanya mencapai 59,17 persen atau setar dengan 47.338 ton dan pemasaran pupuk organik mencapai 46.001 atau 77,8 persen sepanjang 2015.

“Kendati penyerapan pupuk oleh petani rendah akibat dampak El Nino, produksi urea (PKC) tetap tinggi mencapai 96,97 persen, sebanyak 950.272 ton,” kata Bambang.

Demikian pula dengan produksi NPK dan organik. Menurut dia, produksi kedua jenis pupuk tersebut di atas permintaan mencapai di atas 80 persen.

Produksi yang tetap tinggi tersebut, dikatakannya, untuk mengantisipasi kebutuhan petani pada puncak musim tanam tahun ini.

“Stok pupuk PKC di lini II (gudang provinsi) dan lini III (gudang kabupaten) sampai akhir tahun cukup besar,” ujar Bambang.

Stok urea mencapai 104.000 ton, NPK sebanyak 16.700 ton, dan pupuk organik  6.500 ton.

Secara nasional data PT Pupuk Indonesia sebagai induk BUMN pupuk mencatat sampai November 2015 penyerapan pupuk bersubsidi hanya mencapai sekitar 82 persen atau sekitar 7,87 juta ton dari alokasi pemerintah sebesar 9,55 juta ton.

Dirut PT Pupuk Indonesia, Aas Asikin Idat, juga menyebut El Nino menjadi salah satu penyebab penurunan serapan pupuk bersubsidi oleh petani.

Komentar Anda

komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll To Top
Request Lagu
Loading...