Panyabungan.StArtNews-Para petani karet alam di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) hanya beberapa saat saja menikmati harga diatas Rp.10.000/ Kg, kini harga terus merosot sudah mencapai lepel Rp.8.000/ Kg.
Hal itu tentunya kembali menimbulkan rasa kekhawatiran dirasakan petani maupun penderes dihampir 60 % kahidupan masyarakat Madina bergantung dari komoditi hasil alam tersebut.
Bahkan banyak terlontar komenter pesimis dari mereka bahwa harga akan sangat sulit lagi menembus lepel Rp.10.000 ke atas tersebut, melihat kejadian terjadi selama ini. Bahwa ketika harga sudah turun itu sangat cepat, akan tetapi naiknya akan sangat sulit sekali.
“Sebetulnya ketika harga sudah sampai Rp.11.000/ Kg para petani karet di Mandailing Natal kembali ramai – ramai menggeluti usahanya, sudah lama ditinggalkan, akibat harga kurang bersahabat” ujar Sukri seorang petani karet kepada start news, Senin (27/3).
Dia mengatakan, pada saat harga sudah diatas Rp.10.000 terlihat jelas petani kembali bergairah dengan melakukan pembersihan kebun, penyedapan karet pun kembali ramai, pemupukan, Namun itu hanya bertahan untuk beberapa minggu saja.
“Kini harga sudah turun lagi, dari awal baru Rp.9.500 turun lagi ke lepal Rp.9.000 dan saat ini sudah di Rp.8.000/ Kg. Jika sudah begini kita petani hanya bisa pasrah saja, sambil berharap agar harga kembali normal sehingga akan mampu mendongkrak pereknomian masyarakat” harapnya.
Terjadinya penurunan harga juga dirasakan para pengepul karet alam di Madina berdampak pada volume penjualan hasil sadapan getah karet warga juga ikut berkurang dari sebelumnya.
“Memang ada penurunan jika kita perhatikan sewaktu harga masih diantara Rp.10.000 hingga Rp.11.000/ Kg, ada sekitar 30% lah turunya. Mungkin sebagian petani ada yang masih menyimpan hasil penen karetnya sambil menunggu harga membaik” ujar Mugiroh seorang pengepul di Panyabungan.
Reporter : Z Ray
Editor : Hanapi Lubis