Panyabungan, StartNews – Ratusan hektare lahan yang dulunya areal persawahan yang produktif di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) kini berubah menjadi savana (sabana) yang luas. Perubahan lahan pertanian menjadi padang rumput ini terjadi sejak Juli 2022 akibat tersumbatnya irigasi Sungai Batang Gadis sebelah kanan yang dulu mengairi areal tersebut.
Akibat tersumbatnya saluran irigasi Sungai Batang Gadis sebelah kanan yang tak kunjung diperbaiki, areal pertanian milik warga di sejumlah kecamatan di Madina menjadi lahan kering kerontang, keras, dan pecah-pecah. Rumput liar yang tumbuh di arel itu menjadi tempat warga untuk mengembala hewan ternak.
Akibat lahan yang kering, sebagian besar petani mengalihkan lahan mereka menjadi lahan perkebunan palawija atau tanaman yang cepat berproduksi. Kalaupun masih ada yang menanam padi di areal itu, tetapi sebagian besar gagal panen.
Banyaknya petani padi yang mengalihkan lahannya menjadi kebun palawija diduga menjadi salah satu penyebabnya berkurangnya produksi beras di kabupaten paling selatan Sumatera Utara ini.
Kepala Desa Panyabungan Tonga Samsir Siregar mengaku sudah menyampaikan keluhan para petani di desanya kepada Dinas Pertanian Madina. Namun, hingga kini ini belum ada tindakan instansi itu untuk memperbaiki saluran irigasi.
“Sampai sekarang belum terlihat adanya upaya pemerintah memperbaiki saluran irigasi yang tersumbat,” kata Samsir, Kamis (9/2/2023).
Ada 13 kelompok tani di Desa Panyabungan Tonga. Sembilan kelompok tani di antaranya sudah membuat surat pernyataan bahwa lahan pertanian mereka sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi, karena tidak teraliri air.
“Keluhan petani ini sudah beberapa kali disampaikan ke pemerintah,” katanya.
Para petani berharap saluran irigasi Sungai Batang Gadis segera diperbaiki agar petani bisa kembali mengolah lahan pertanian yang sudah lama mereka tinggalkan. Apalagim dalam waktu dekat sudah memasuki masa tanam padi.
Reporter: Agus Hasibuan