Inspirasi Anda – Seorang ayah yg terkenal dan kaya raya sedang sakit parah.
Menjelang ajal menjemput, dikumpulkanlah anak2nya.
Beliau berwasiat:
“Anak-anakku, jika Ayah sudah dipanggil Allah Yang Maha Kuasa, ada permintaan Ayah kepada kalian”
” Tolong dipakaikan kaos kaki kesayangan Ayah walaupun kaos kaki itu sudah bolong, Ayah ingin memakai barang kesayangan yg penuh kenangan semasa merintis usaha di perusahaan Ayah dan minta tolong kenangan kaos kaki itu dikenakan bila Ayah dikubur nanti.”
Akhirnya sang ayah wafat.
Ketika mengurus jenazah dan saat akan dikafani, anak-anaknya minta ke ustadz agar almarhum diperkenankan memakai kaos kaki yang bolong itu sesuai wasiat ayahnya.
Akan tetapi sang ustadz menolaknya.
” Maaf secara syariat hanya 2 lembar kain putih saja yang di perbolehkan dikenakan kepada mayat.”
Maka terjadilah perdebatan antara anak-anak yang ingin memakaikan kaos kaki robek dan pak ustadz yang melarangnya
Karena tidak ada titik temu, dipanggilah penasihat sekaligus Notaris keluarga tersebut.
Sang notaris menyampaikan Surat Wasiat, ayo kita baca bersama sama siapa tahu ada petunjuk”.
Maka dibukalah Surat Wasiat almarhum untuk anak-anaknya yang dititipkan kepada Notaris tersebut.
Ini bunyinya:
“Anak2ku, pasti sekarang kalian sedang bingung, karena dilarang memakaikan kaos kaki bolong kepada jenazah ayah”.
” Lihatlah anak2ku, padahal harta ayah sangat banyak, uang, beberapa mobil, tanah, kebun dan sawah, rumah mewah, tetapi tidak ada artinya ketika ayah sudah meninggal dunia”.
” Bahkan kaos kaki bolong saja tidak boleh dibawa mati.
Begitu tidak berartinya harta dunia, kecuali iman dan amal kebaikan kita”.
Anak-anakku inilah yang ingin ayah sampaikan agar kalian tidak tertipu dengan dunia yang hanya sementara.
*Pada akhirnya teman sejati kita hanyalah Iman dan Amal Shalih.*
” Salam sayang dari ayah yang ingin kalian menjadikan dunia sebagai jalan menuju Ridho Allah SWT”.
Marilah ini sebagai renungan bagi kita semua.
_Orang tua tidak takut miskin memberi nafkah pada anaknya saat membesarkan mereka._
_Tapi banyak anak sering takut kekurangan saat menanggung orang tuanya dimasa tuanya._
_Lihat diri kita saat ini,_
_Sehebat apapun,_
_Suksespun setinggi langit,_
_tapi tanpa doa,_ _restu orang tua yang membesarkan kita_
_maka tidak akan ada ketenangan, keberkahan dan kebahagiaan dalam hidup._
_Uang bisa dicari,_
_ilmu bisa digali_
_jabatan bisa kita raih_
_tapi kesempatan untuk mengasihi orang tua takkan terulang kembali._
_Satu ibu,_
_bisa merawat tujuh anaknya_
_tapi tujuh orang anak belum tentu bisa membahagiakan_
_satu orang ibu._
_Satu ayah,_
_bisa menghidupi tujuh anaknya_
_tapi tujuh orang anak belum tentu dapat menghidupi_
_satu orang ayah._
_Sesekali tengoklah orang tuamu,_
_tatap wajahnya ketika ia terlelap tidur_
_lihat kerutan di wajahnya,_
_lihat rambutnya yang kini mulai memutih,_
_lihat badannya,_ _yang dulu tegap kini mulai membungkuk,_
_semua telah berubah termakan waktu tapi tidak dengan kasih sayangnya…_
Sudahkah kita membuatnya bahagia hari ini?_
_Sudahkah kita membuatnya bangga hari ini?_
_Sudahkah kita membuatnya tersenyum hari ini?_
_Tidak akan ada jasa yang mampu kita balas,_
_Tidak akan ada kebaikan yang mampu kita balas,_
_semua begitu banyak, begitu tulus._
Sumber : kisahinspirasi
Editor : Hanapi Lubis