Panyabungan, StartNews – Komisi IV DPRD Mandailing Natal (Madina) akan menyunting data-data penggunaan anggaran penanganan stunting di kabupaten ini. Data-data ini kemudian akan dibawa ke rapat dengar pendapat (RDP) untuk mendapatkan penjelasan lebih rinci terkait penanganan stunting di Madina.
Ketua Komisi IV DPRD Madina Nisad Sidiq Nasution menyampaikan hal itu untuk menanggapi tuntutan Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Madina yang berunjuk rasa ke Kantor Bupati Madina pada Rabu (11/10/2023) kemarin dan tragedi kemanusiaan meninggalnya Erkhan karena kekurangan gizi, belum lama ini.
Menurut Sidiq, komisi yang dia pimpin akan membawa permasalahan penanganan stunting alias tengkes ke rapat dengar pendapat (RDP) dengan pemerintah daerah.
“Ini benar-benar menjadi perhatian kami. RDP bisa saja dilakukan. Yang pasti kami akan menindaklanjuti hal ini agar ada penjelasan dari pemerintah,” tegasnya.
Untuk tahap awal, kata dia, Komisi IV akan menyunting dengan memilih dan memilah data-data dan fakta-fakta yang diperlukan terkait penanganan stunting di Madina untuk dibahas dalam RDP nanti.
“Ini soal nyawa, soal keselamatan anak-anak di Madina, sehingga apa yang dialami almarhum Erkhan tidak terjadi pada anak-anak lainnya,” tuturnya.
mempertanyakan transparansi penggunaan anggaran untuk penanganan stunting di daerah ini. Pasalnya, baru-baru ini ada bayi berusia 10 bulan meninggal dunia ditengarai karena kekurangan gizi (gizi buruk).
Terkait meninggalnya Erkhan, bayi berusia 10 bulan yang kekurangan gizi akut, Sidiq menyayangkan musibah itu terjadi di tengah gelontoran dana penanganan stunting oleh pemerintah. “Kami menyayangkan apa yang terjadi pada almarhum Erkhan,” kata Sidiq di gedung DPRD Madina, Rabu (11/10/2023).
Sebelumnya, Aliansi BEM se-Madina unjuk rasa meminta pertanggungjawaban pemerintah, dalam hal ini bupati atau wakil bupati, terhadap penanganan stunting yang menurut mereka carut-marut.
Mahasiswa juga menilai hati nurani pejabat yang berwewenang dalam penanganan stunting di kabupaten ini telah mati. Dalam aksi itu ditunjukkan dengan mengucapkan, “Innalilahi wa innailaihi rajiun“.
Bahkan, mahasiswa membawa keranda mayat sebagai simbol matinya hati nurani di tengah mewahnya acara sosialisasi stunting. Untuk mendapatkan penjelasan, mereka meminta bupati atau wakil bupati langsung berdialog dengan para demonstran.
“Kami tidak mau tahu soal perjalanan dinas, kami akan menunggu di sini sampai bupati atau wakil bupati menjawab aspirasi kami. Ini soal penanganan stunting,” kata koordinator aksi, Khoirul Amri Rambe.
Reporter: Roy Adam