MENTERI Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mempunyai kenangan tersendiri terhadap sosok mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi yakni kampus tidak boleh jadi tempat memunculkan radikalisme.
“Saya secara pribadi mengucapkan bela sungkawa innalillahi wainnaillahi
rojiun atas wafatnya KH Hasyim Muzadi, tokoh besar NU. Ketua PBNU, 1999
hingga 2010,” ujar Menristekdikti di Jakarta, Kamis (16/3).
Nasir mengatakan semasa hidupnya KH Hasyim Muzadi merupakan tokoh besar
yang patut diberikan penghargaan atas keteladanannya.
Mantan Rektor Universitas Diponegoro itu mengatakan Hasyim Muzadi merupakan sosok yang mempunyai pandangan terhadap Islam secara luas dan mempunyai rasa toleransi yang sangat tinggi.
“Beliau adalah anutan. Saya memandang beliau layak menjadi tokoh nasional yang patut diteladani,” papar dia.
Bahkan saat Nasir menjabat sebagai Menristekdikti, Nasir kerap
berkonsultasi dengan Hasyim Muzadi tentang bagaimana membangun pendidikan tinggi yang baik.
“Beliau sering berpesan, kampus harus dikelola dengan baik. Jangan sampai memunculkan radikalisme.”
Nasir menambahkan Hasyim Muzadi merupakan sosok pemimpin NU yang bersahaja serta santun. Mendiang juga menghormati para senior dan sesepuh, serta menghargai dan menyayangi para juniornya yang berprestasi.
“Indonesia sangat kehilangan dengan wafatnya beliau. Beliau adalah figur yang jadi teladan bagi NU dan bangsa Indonesia,” cetus dia.
KH Ahmad Hasyim Muzadi lahir di Tuban, Jawa Timur pada 8 Agustus 1944 dan menghembuskan nafas terakhirnya di Malang pada 16 Maret 2017.
Mendiang pernah menjadi calon wakil presiden pada Pilpres 2004, berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri. Semasa hidupnya, Hasyim Muzadi banyak terlibat dalam upaya menjaga toleransi antarumat beragama di Tanah Air.
Sumber : mediaindonesia.com
Editor : Hanapi Lubis