Panyabungan-StArtNews
Pihak rekanan yang mengerjakan proyek di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pemkab Mandailing Natal diminta untuk menuntaskan pekerjaan proyek tepat waktu.
Hal ini mengingat waktu pengerjaan yang sangat singkat dan adanya aduan keberatan beberapa warga yang mengatakan kalau proyek di tempatnya di ulur-ulur pihak rekanan sehingga mengganggu aktivitas warga.
Hal itu disampaikan Plt. Kadis PU Madina, Syahruddin, ST kepada Wartawan, Senin (31/10) terkait laporan yang diterimanya adanya beberapa pihak rekananan yang mengulur – ulur waktu pekerjan sehingga mengganggu aktivitas warga dalam bercocok tanam.
“Kita minta rekanan mengerjakan proyek tepat waktu, apalagi pekerjaan tersebut berkaitan dengan hajat hidup orang bayak, misalnya jalan dan irigasi. Baru-baru ini kita mendapat informasi dari warga ada beberapa rekanan yang mengulur-ulur pekerjaan pembangunan irigasi. Bahan sudah hampir sebulan di lokasi, tapi baru mulai dikerjakan. Akibatnya, warga khawatir kegiatan ini mengganggu musim tanam padi yang saat ini sudah mulai turun ke sawah” ujar Syahruddin
Sedangkan Ridwan Lubis, salah seorang petani di wilayah Mandailing Julu mengatakan, tahun ini sawah di daerahnya mendapat bantuan perbaikan irigasi. Namun sepertinya pihak rekanan mengulu-ulur waktu pengerjaan.
Bayangkan saja, bahan bangunan sudah hampir sebulan di lokasi tapi baru dikerjakan. Kita khawatir, lambatnya pembangunan irigasi ini akan berdampak kepada musim tanam yang saat ini mulai turun kesawah.
“Saat ini kita butuh air untuk mencangkul dan menabur bibit padi, namun sayangnya air tidak ada karena pihak rekanan baru mulai mengerjakan irigasi ini. Padahal kita perhatikan, dari sebulan lalu bahan bagunan sudah ada di loakasi. Namun entah apa sebabnya baru beberapa hari ini dikerjakan.
Dikatakannya, seharusnya pihak rekanan menjalin komunikasi dengan petani berapa lama waktu yang di butuhkan membangun ini. Kalau memang membutuhkan waktu yang lama, tidak ada salahnya sampaikan kepada petani untuk musim kali ini tidak bisa menanam padi. Hal ini dimaksudkan agar warga tahu mengalihkannya ke tanaman lain.
“Jangan nanti setelah petani menggarap sawahnya, tiba tiba air tidak bisa masuk yang menyebabkan gagal tanam. Kalau memang dari awal kita di suruh beralih tanam, kita siap. Tapi maunya ada komunikasi,” ungkapnya. (Lkt)
Reporter : Lokot Husda Lubis
Editor : Hanapi Lubis