Produksi pengusaha ikan asin di Tapanuli Tengah (Tapteng) turun hingga 50%. Pasalnya, saat ini musim penghujan ini sulit memperoleh bahan baku ikan dan proses pengeringan terganggu.
Seperti halnya yang dialami dua orang nelayan sekaligus pelaku usaha ikan asin di Kelurahan Hajoran, Kecamatan Pandan, Cipta Bugis dan Syahrial Simatupang. Mereka mengatakan, pada musim penghujan dan cuaca mendung tanpa ada sinar matahari apalagi disertai angin kencang seperti yang terjadi di Tapteng selama hampir sebulan terakhir, membuat proses pengeringan ikan dengan cara dijemur tersebut menjadi terganggu.
“Biasanya satu dua hari tingkat kekeringannya sudah sempurna dan bisa dikemas. Tapi kalau sekarang tiga sampai empat hari baru kering, itupun jika cuaca tidak hujan,” kata Cipta Bugis kepada awak koran ini saat sedang berada di tempat penjemuran ikan miliknya, Selasa (18/10).
Selanjutnya Cipta menjelaskan, saat cuaca cerah biasanya mereka menghasilkan ikan asin rata-rata tiga ton sampai lima ton setiap harinya. Namun saat musim penghujan seperti ini, para pengusaha pengeringan ikan asin di sini hanya menghasilkan sekitar 1,5 ton saja.
“Kalau musim hujan begini kami jadi susah. Kalau kebanyakan memproduksi ikan asin yang dikeringkan nanti malah susah kalau tiba-tiba terjadi gerimis atau hujan. Selain itu, kalau tidak cepat kering kualitas ikan juga kurang bagus. Dan jika kita paksakan menjualnya, kita khawatir malah akan dijauhi pelanggan,” ungkapnya.
Di samping itu, kata Cipta, anjloknya produksi ikan asin juga disebabkan minimnya pasokan bahan baku ikan segar dari para nelayan Bagan Pancang akibat para nelayan tidak bisa melaut.
“Musim hujan disertai badai seperti ini, bagaimana para nelayan mau melaut. Selain ikan akan sulit diperoleh, resikonya juga sangat besar. Bahkan bagan tancap kami yang justru banyak yang rusak dan hanyut. Akhirnya pasokan ikan segar sebagai bahan baku, terutama teri menjadi sangat sulit diperoleh,” tuturnya.
Cipta dan Syahrial Simatupang juga mengeluhkan, dengan kondisi seperti ini, para pengusaha ikan asin di Hajoran yang hingga kini masih melakukan penjemuran ikan secara manual tersebut mengaku mengalami penurunan pendapatan dari hasil pengolahan ikan yang merupakan hasil tangkapan dari nelayan di daerah tersebut. Mereka juga tidak bisa memenuhi kebutuhan pasar meski saat ini permintaan sedang meningkat.
“Pastinya omset kami turun, dimana yang diproduksi sedikit, padahal permintaan selalu banyak. Sebenarnya saat seperti ini kesempatan untuk harga ikan naik, tapi para pembeli juga merasa keberatan, sebab kualitas ikannya tidak lagi bagus,” keluhnya.
Ironisnya lagi, akibat dari musim penghujan seperti saat ini, para pengusaha ikan tersebut harus dipaksa bekerja ekstra. Pasalnya mereka setiap malam harus mengangkat ikan dari tempat penjemuran untuk dimasukkan ke tempat kering lantaran takut lembab dan juga terkena hujan.
“Kalau sore sudah harus diangkat takut lembab. Meski tidak hujan kalau musim seperti sekarang ini anginnya agak basah, tidak seperti kalau musim kemarau,” pungkasnya. (putra hutagalung)
Sumber : medanbisnisdaily.com
Editor : Hanapi Lubis