MUSIK & INFORMASI SIANG – Lima hari sudah Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) ke-44 digelar di Tapian Daya, Jalan Gatot Subroto, Medan. Berbagai hal, mulai produk-produk kebudayaan khas tiap daerah, kerajinan tangan, pakaian, kuliner, hingga hiburan, tersaji di pekan raya yang digelar 18 Maret-18 April 2016 tersebut.
Pantauan Tribun Medan, PRSU tak kunjung dibuka. Sementara sejumlah warga telah datang ke lokasi. PRSU baru dibuka pukul 18.00 WIB. Malam harinya, di area PRSU sempat gelap gulita, karena listrik padam sekitar 15 menit. Pengunjung sempat panik dan aktivitas di PRSU terhenti. Pengunjung PRSU pada Selasa malam cukup ramai.
Di dalam PRSU terdapat 33 paviliun berbentuk rumah permanen milik pemerintah daerah yang ada di Sumut. Paviliun-paviliun tersebut menjadi tujuan utama kebanyakan pengunjung. Tiap-tiap paviliun memiliki tampilan yang berbeda, seperti penataan, dekorasi, dan pajangannya.
Paviliun Pemko Pematangsiantar, misalnya, menyajikan makanan atau minuman khas Siantar, seperti minuman cap Badak dan kacang tumbuk. Paviliun ini juga memajang hewan yang diawetkan dari Taman Hewan Pematangsiantar, dan benda-benda kerajaan Batak dari Museum Pematangsiantar.
Bergeser ke depan, di Paviliun Pemkab Karo, terpajang sejumlah hasil-hasil pertanian. Demikian juga halnya di Paviliun Pemkab Simalungun, yang lebih banyak memajang hasil-hasil pertanian.
Beberapa paviliun lainnya, seperti Pemkab Deliserdang, Pemkab Langkat, dan Pemko Binjai, juga menampilkan pajangan yang tak jauh berbeda satu sama lain. Yang dipajang adalah sejumlah produk makanan industri rumahan dan produk-produk kerajinan tangan. Di dalamnya ada beberapa gadis penyambut tamu berdandan dengan pakaian khas daerah masing-masing.
Sedangkan di Paviliun Pemko Medan, terdapat beberapa satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang mendirikan stan. Di antaranya Dinas Pendidikan, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pertamanan, dan Dinas Pertanian dan Kelautan. Namun, secara keseluruhan, isi paviliun Pemko Medan lebih didominasi tanaman-tanaman hias.
Di luar paviliun-paviliun tersebut, terdapat sejumlah wahana permainan yang menyerupai pasar malam, seperti komidi putar, rumah hantu, dan tong setan.
Tokoh masyarakat di Medan Azwan Jaya menilai PRSU tidak banyak berubah dari tahun ke tahun. Menurutnya, tidak ada sesuatu yang dapat dinikmati sebagai pembelajaran atau pengenalan pembangunan dan budaya dari daerah-daerah yang ikut serta.
Namun, Promotor PRSU 2016 Sofyan Sauri tidak sepakat dengan penilaian PRSU 2016 tidak ada bedanya dengan PRSU tahun-tahun sebelumnya.
Selain itu, yang berbeda dari PRSU 2016 adalah bahwa panitia menyediakan jaringan wifi gratis. Password wifi di PRSU yakni newprsu2016. “Dalam sejarahnya PRSU belum pernah ada free wifi. Tetapi kali ini, tahun ini, kami sediakan wifi gratis di semua spot (titik) yang ada di Tapian Daya. Ada dua provider besar yang mendukung kita untuk akses tersebut,” ujar Sofyan.
Sedangkan menurutAzwan, PRSU dulu, ketika masih berlokasi di Taman Ria, tidak seburuk saat ini. PRSU mulai memburuk sejak pindah ke Tapian Daya. PRSU, menurut dia, seharusnya menampilkan pembangunan dan hasil kerja yang dilakukan pemerintah daerah di Sumatera Utara yang jadi peserta.
Yang paling disesalkan dan paling tidak ada perubahan, kata Azwan, adalah apa yang dipajang di paviliun-paviliun pemerintah kabupaten/kota, dari tahun ke tahun tidak ada kemajuan. Menurutnya, tidak ada pajangan yang menunjukkan kreativitas dan keseriusan dari pemerintah daerah.
Jikapun secara keseluruhan terdapat perubahan dari tahun sebelumnya, lanjut Azwan, itu hanya dari sisi tampilan wajah.
Secara keseluruhan PRSU, menurut Azwan, mencerminkan Pemprov Sumut selama ini tidak bekerja secara baik.
Sumber : Tribunmedan