Sampah: Tanggung Jawab Bersama


Ilustrasi
Sikap Redaksi, StArtNews – BERBICARA sampah seakan tak ada hasbisnya. Ada saja yang mau dibicarakan. Sampah memang menjadi polemik. Baru-baru ini Pemda DKI dan Kota Surabaya saling serang soal sampah. Baik Risma sebagai walikota Surabaya maupun Anies yang gubernur DKI Jakarta saling kekeh. Risma kaget dengan dana pengelolaan sampah Jakarta yang sampai 4 kali lipat dari Surabaya. Anies tak mau kalah, ia berkeyakinan sampah itu masalah sejak dahulu, jauh sebelum dia menjabat gubernur. Anies juga sudah menyiapkan solusi soal sampah ini, katanya sih, begitu. Masyarakatnya justru saling serang alih-alih mulai sadar diri untuk tidak buang sampah sembarangan. Pokoknya pelik.
Jauh dari Ibu Kota Negara, di ujung paling barat Sumatera Utara, ada kota kecil. Ibu kota Kabupaten Mandailing Natal: Panyabungan. Soal sampah sepertinya jauh mengalir dari Jakarta ke Panyabungan. Sampah berserakan di tempat-tempat umum, di pinggir saluran irigasi, atau pinggir-pinggir jalan adalah pemandangan biasa. Belum lagi sampah-sampah rumah tangga yang, sudahlah tak usah diteruskan. Membahasnya bisa membuat perut kita mual sama seperti baunya sampah. Buanglah sampah pada tempat yang paling dekat seakan menjadi jargon di tengah masyarakatnya.
Masyarakatnya mengeluh, dinas terkait kekeh sudah melaksanakan tugas dengan baik, dan pemerintah berkilah sudah menganggarkan dana untuk ini. Pokoknya ruwet. Sampah ini memang ruwet; baunya tidak sedap, dibiarkan jadi tempat tumbuh suburnya penyakit. Ruwetnya sampah ini seperti menjelaskan bagaimana negatifnya konotasi kata “sampah” itu sendiri. Masyarakat buang sampah sembarangan termasuk ke irigasi dan sungai, tempat pembuangan sementara yang jumlahnya sedikit, kurangnya personil dan truk sampah berkolaborasi dengan PAD yang jauh dari target. Untuk diketahui per juni 2019 PAD dari Persampahan dan Kebersihan hanya mencapai 30%. Semuanya saling melengkapi dan saling dukung untuk membuat sampah semakin menggunung.
Sampah, meskipun setiap hari akan selalu diproduksi baik dari rumah tangga, masyarakat, pasar, atau pabrik-pabrik bukan berarti tidak bisa diatasi. Masyarakat menjadi poin penting dari solusi sampah ini. Adanya kesadaran diri untuk memilah sampah organik dan an-organik, membuang pada tempat yang disediakan, meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai, membawa keranjang saat berbelanja, dan tidak merusak fasilitas yang disediakan akan memberikan dampak yang signifikan. Selanjutnya pemerintah tidak bisa hanya sekadar hadir. Tempat Pembuangan Sementara (TPS) harus diperbanyak dan diangkut secepat mungkin. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan pengelolaan sampah karena tidak sedikit dari sampah yang didaur ulang menjadi karya yang menghasilkan uang banyak. Instansi terkait harus lebih serius mengejar ketercapaian target PAD sehingga pengelolaan lebih lancar. Sampah bukan tak mungkin kita atasi selama kita sadar ini merupakan tanggung jawab bersama.
Tim Redaksi StArtNews
Comments
This post currently has no comments.