Sempat Langka, Pemerintah Konversi 90 Persen Oksigen Industri ke Medis

Sempat Langka, Pemerintah Konversi 90 Persen Oksigen Industri ke Medis

Pemerintah memaksimalkan kapasitas produksi oksigen nasional untuk memenuhi kebutuhan medis. (FOTO: ISTIMEWA)

Jakarta, StartNews – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemerintah sedang memaksimalkan kapasitas produksi oksigen nasional agar bisa dialihkan untuk memenuhi kebutuhan medis. Sebab, ketersediaan oksigen harus segera dipenuhi di tengah lonjakan kasus Covid-19.

Belakangan ini kebutuhan terhadap oksigen medis melonjak tajam seiring naiknya kasus Covid-19. Bahkan, di beberapa daerah dilaporkan terjadi kelangkaan stok oksigen medis.

“Kami telah mendapatkan komitmen dari Kementerian Perindustrian agar konversi oksigen industri ke medis diberikan sampai 90 persen,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Dia menjabarkan, kapasitas produksi oksigen Indonesia mencapai 866.000 ton per tahun dengan utilisasi produksi 638.900 per tahunnya. Dari jumlah itu, 75 persen digunakan untuk industri dan 25 persen untuk medis.

“Melalui konversi ini, maka jumlah oksigen yang bisa didapatkan untuk memenuhi kebutuhan nasional mencapai 575.000 ton,” katanya.

Untuk saat ini, kapasitas oksigen yang ada akan dimaksimalkan di 7 provinsi di Jawa-Bali, karena meningkatnya kasus Covid-19. Sementara pasokan oksigen di rumah sakit makin berkurang di tengah kebutuhan yang makin tinggi.

Berdasarkan data Kemenkes, saat ini total kebutuhan oksigen untuk perawatan intensif dan isolasi pasien Covid-19 mencapai 1.928 ton per hari. Sementara kapasitas yang tersedia 2.262 ton per hari. Dengan demikian, ditargetkan untuk wilayah Jawa-Bali bisa menyuplai oksigen sebanyak 2.262 ton per hari.

Menkes megatakan kelangkaan stok oksigen di beberapa daerah disebabkan rantai distribusi yang belum optimal. Untuk itu, pemerintah mengupayakan penyaluran dipercepat ke daerah-daerah yang kasusnya tinggi lebih.

“Kami menyadari ada isu terkait distribusi. Karena memang di Jawa Tengah adalah daerah paling sedikit produksi oksigennya, paling banyak di Jawa Barat dan Jawa Timur Jadi, kita harus ada logistik yang disalurkan ke sana,” terangnya.

Menkes menambahkan, kesulitan lain yang dihadapi dalam proses distribusi oksigen adalah kurang liquidnya proses pengisian oksigen. Ini disebabkan banyaknya RS yang menggunakan tabung seiring dengan penambahan Tempat Tidur (TT) darurat.

Sehingga, yang seharusnya bisa dikirimkan dalam truk besar dan dipindahkan ke tanki besar, untuk kemudian disalurkan dalam jaringan oksigen. Namun, untuk saat ini harus dimasukkan ke dalam tabung-tabung. “Ini turut memengaruhi waktu pengisian oksigen,” katanya.

Reporter: Rls

Komentar Anda

komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll To Top
Request Lagu
Loading...