Upaya Dinas Kesehatan Madina Mencegah Anak Stunting

Upaya Dinas Kesehatan Madina Mencegah Anak Stunting

Panyabungan, StartNews – Dinas Kesehatan (Dinkes) Mandailing Natal (Madina) bersama organisasi perangkat daerah (OPD) lainnya melakukan berbagai upaya untuk menekan jumlah stunting di kabupaten ini. Faktor lingkungan dianggap salah satu pemicu tingginya angka stunting.

“Kenapa stunting masih ada atau sulit kita tekan sampai nol persen. Penyebabnya multifungsi. Termasuk fakor lingkungan yang tidak bersih,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Madina kepada wartawan, Rabu (9/2/2022).

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam waktu cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak, yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Kekurangan berat badan dan tinggi bayi bisa pencetus stunting. Stunting bisa dilihat saat anak usia dua tahun. Walaupun berat badan dan tinggi badan bayi kurang normal, tapi sebenarnya masih ada waktu dua tahun memperbaikinya melalui pola makan yang benar.

Persoalan lingkungan menjadi salah satu  pemicu balita mengalami stunting. Dapat disebabkan infeksi berulang. ”Misalnya, dengan lingkungan kotor dia bisa mencret,” kata Nondang, didampingi Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Kantor Bappeda Madina Lesti Mafitri dan Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinkes Madina Hotmadeli Siregar.

Nondang menjelaskan, jika balita sudah mencret biasanya cepat dehidrasi. Kekurangan cairan dapat menyebabkan demam. “Jika sudah demam, tidak ada lagi selera makan. Untuk balita secepat itulah penurunan berat badan. Penurunan selera makan membuat berat badan langsung turun,” ujarnya.

Dengan keadaan gizi kurang tersebut, otomatis tumbuh kembang bayi tidak sempurna. Beda dengan anak yang cukup gizi.

Sebab itu, para kaum ibu perlu tahu. Pada seribu hari pertama kehidupan, sejak si ibu postif hamil, bayi lahir, sampai si anak berumur dua tahun perlu asupan gizi yang cukup.

Itulah 1.000 hari kehidupan pertama. Untuk mencegah stunting, yaitu berat badan dan tinggi lahir normal, pemerintah sudah ada program. Antara lain, sejak remaja putri ketika usia masih kelas dua SLTP—diperkirakan mulai masa haid—mereka diberikan zat besi. Ini sudah terlaksana di semua Puskesmas di Madina.

Pemberian zat besi atau tambah darah dimaksudkan agar si remaja putri terhindar dari kekurangan darah. “Karena dia remaja putri, akan menjadi calon ibu,” sebut Nondang.

Pada saat nanti remaja putri mau menikah, lanjutnya, harus ada edukasi dari bidan Puskesmas. Tujuannya, supaya calon pengantin atau calon ibu sehat.

Jika tidak ada edukasi dari bidan, petugas penghulu tidak akan menikahkan. “Itu sudah ada MoU antara Kementerian Kesehatan dengan Kementerian Agama di pusat. MoU ini sudah ditindaklanjuti sampai tingkat kecamatan,” katanya.

Nondang mengatakan pada 1.000 hari pertama kehidupan, si ibu harus memeriksakan kehamilan ke bidan minimal enam kali selama masa kehamilan. Ini sebagai upaya mengantisipasi agar tidak terjadi kekurangan berat badan dan tinggi badan bayi saat lahir.

Pendekatan melalui keluarga menjadi salah satu cara penanganan balita stunting.  Selain itu, perlu pemberian gizi berupa susu dan roti kepada si penderita. “Kalau dia betul-betul gizi buruk atau stunting, kami beri susu, ada juga yang diberikan roti,” kata Nondang.

Reporter: Sir

Komentar Anda

komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll To Top
Request Lagu
Loading...