Mozaik Islam – Telah dua tahun kita hidup bersama Covid-19. Semua aktifitas kehidupan berubah drastis. Interaksi dan transaksi memadati dunia maya karena tidak boleh ada pertemuan fisik khawatir corona menerpa. Kita dipaksa segera akrab dengan era disrupsi meski sama sekali belum siap.
Aspek paling menderita akibat Covid-19 adalah dunia pendidikan. Meskipun pendidikan tidak harus melulu melalui institusi bernama sekolah, harus diakui sekolah belum tergeser sebagai wasilah mainstream yang dipercaya oleh rakyat untuk mendapatkan pendidikan.
Virus Corona memang memberi peringatan dan mengajarkan kepada kita bahwa pendidikan bisa didapatkan di mana saja dan kapan saja.
Mengingatkan bahwa orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak, banyak hikmah bisa kita ambil dari musibah pandemi ini.
Akan tetapi realita menunjukkan kepada kita bahwa kita belum siap untuk beralih model pendidikan. Masalah klasik sejak awal pandemi berupa ketiadaan alat (laptop, HP), ketiadaan jaringan, ketiadaan dana untuk membeli kuota internet, ketidakmampuan orang tua mengajar baik karena kesibukan maupun tidak memiliki kemampuan mengajar, plus yang muncul-muncul akhir-akhir ini kecenderungan anak didik kecanduan hp dan internet.
Anak menghabiskan waktu dengan hp di tangannya berbelas jam lamanya setiap hari dapat dibayangkan ekses negatif bagi fisik dan psikisnya.
Di samping para orang tua mengalami tekanan mental cukup berat selain beban harus mendampingi anak melakukan pembelajaran di rumah juga beban tugas-tugas pekerjaan rumah dan tempat kerjanya yang harus diselesaikan.
Tingkat stress yang semakin meningkat bisa menimbulkan dua hal. Pertama, orang tua akan mencari solusi dengan mendiskusikan persoalan tersebut dengan Guru dan sekolah anaknya. Kedua, orang tua melepas tanggung jawab dan tidak lagi peduli dengan pendidikan anaknya.
Cukup melihat anaknya belajar, ikut PTS-PAS, wisuda, dapat ijazah, selesai. Tanpa peduli kualitas pendidikan yang didapatkannya bisa jadi sangat rendah.
Salah satu kelemahan model pendidikan daring adalah sulit tercapainya pendidikan adab kepada peserta didik. Pendidikan adab tidak tersedia di internet. Pendidikan adab tersedia pada interaksi langsung melalui peneladanan dan pembiasaan.
Di era disrupsi, pengetahuan dan keterampilan apa pun bisa didapatkan dan dipelajari di internet tanpa harus duduk dibangku sekolah dan bangku kuliah. Saatnya nanti apabila kompetensi lebih dihargai daripada ijazah, sekolah dan kampus akan ditinggalkan.
Sebagaimana dikatakan Rocky Gerung, ijazah itu adalah tanda pernah sekolah saja bukan tanda pernah berfikir. Kita khawatir anak-anak belajar di sekolah tanpa fikiran.
Sekolah hanya sekedar untuk menggugurkan kelaziman bersekolah anak Indonesia. Apalagi jika niatnya keliru, sekolah bukan untuk menuntut ilmu tapi agar dapat ijazah yang akhirnya bisa digunakan untuk mencari kerja.
Itulah yang kemudian membuat sekolah menjadi mahal dan mengakibatkan rusaknya mutu pendidikan.
Apabila kondisi di atas masih berlangsung sampai satu tahun ke depan, apalagi bertahun-tahun berikutnya kiranya pendidikan kita akan kolaps. Pendidikan kita berada di zona hitam.
Di tengah kondisi demikian seyogyanya pemerintah segera melakukan langkah-langkah taktis, strategis dan mendasar agar persoalan pendidikan di masa pandemi cepat tertanggulangi. Tidak bisa dibiarkan berlarut-larut karena masa depan bangsa dipertaruhkan.
Kita tidak bisa memaksa diri untuk berpura-pura optimis masa depan bangsa akan baik-baik saja apabila proses pendidikan saat ini sejatinya tidak sedang baik-baik saja.
Berikan kebijakan sekolah untuk melakukan pembelajaran tatap muka dengan syarat dan ketentuan berlaku, sebagaimana aktifitas hidup di sektor lainnya yang bahkan berjalan normal tanpa mematuhi syarat dan ketentuan.
Hari ini kita dalam kondisi darurat pendidikan. Bukan hanya darurat ekonomi.
Saatnya harus memilih, pendidikan jauh lebih penting daripada soal perut. Terutama menjaga dan merawat kondisi kejiawaan anak-anak.
Prioritas kita tidak dulu soal pencapaian target pembelajaran tapi bagaimana menjaga kesehatan mentalitas anak-anak bangsa. Bagaimana pun, tatap muka adalah model pembelajaran terbaik. Allahu a’lam.*
Sumber: Hidayatullah.com
The post Zona Hitam Pendidikan Online first appeared on Start News.