Andil Ponpes Subulussalam Mengusir Penjajah dari Bumi Pertiwi

Kotanopan.StArtNews- Keberadaan Pondok Pesantren Subulussalam Sayurmaincat Kotanopan Kab. Mandailing Natal bukanlah hal yang asing lagi bagi warga “Bumi Gordang Sambilan”. Selain telah menelurkan ribuan alumni di seluruh Indonesia, Ponpes ini juga punya andil yang cukup besar dalam mengusir penjajah Belanda dari Bumi Pertiwi.
Ponpes ini termasuk salah satu Pesantren tertua di Kab. Mandailing Natal setelah Ponpes Musthafawiyah Purba Baru. Betapa tidak, Ponpes ini didirikan tanggal 5 Mei 1927 lalu oleh warga Desa Sayurmaincat, Kotanopan. Saat ini, usia Pesantren ini sudah mencapai 90 tahun, usia yang cukup tua kalau dibandingkan dengan lembaga pendidikan formal lainnya.
Menurut Pimpinan Yayasan Ponpes Subulussalam, H. Endar Lubis, SH, Ponpes ini berdiri tahun 1927 dengan nama Maktab Subulussalam. “Dilihat dari sejarah, Pesantren ini berdiri berawal dari adanya perbedaan pendapat di masyarakat tentang penetapan awal bulan puasa Ramadhan sekitar tahun 1924 – 1925,”
“Sebagian masyarakat saat itu ada yang berpendapat penetapan awal puasa Ramadhan harus berdasarkan rukyah (melihat awal puasa dari Puncak Tor Sihite) yang letaknya sebelah Timur Desa Sayurmaincat. Ada pula yang berpendapat menetapkan awal Ramadhan saat itu harus dengan ilmu hisab. Lama kelamaan, pertentangan tersebut semakin meruncing sehingga menimbulkan bentrokan antara penduduk yang berujung, perkelahian yang membawa maut, pembakaran rumah, gudang dan lumbung padi,” ujarnya.
Dilanjutkannya, untuk mengatasi persoalan ini diadakan musyawarah desa yang dipimpin langsung Kepala Desa Sayurmaincat Sutan Ali Lubis. Dalam musyawarah ini diundanglah Cerdik Pandai, Alim Ulama, Pemuka Adat dan Hatobangon yang bertempat di Bagas Godang Sayurmaincat. Hasil musyawarah, diperoleh suatu kesimpulan atau kebulatan tekad bahwa, “ Tanpa ilmu agama, bentrokan – bentrokan tersebut tidak akan ada penyelesaian dan akan timbul dan terulang kembali,”. Maka diambillah suatu keputusan untuk mendirikan suatu Madrasah atau sekolah
Pada musyawarah tersebut juga diperoleh tanah untuk pertapakan Madrasah yang diwakafkan oleh Bondaro Rajo Lubis, Amir Saleh Lubis, Abdul Muluk Lubis, H. M. Rasyad Parinduri. Awalnya Maktab ini dibangun sebanyak 3 lokal yang ukurannya 6 x 5 m. Sesudah berdirinya Maktab Subulussalam Sayurmaincat, diangkat seorang guru yang bernama H. Ilyas dan kepadanya diberikan mandat dan hak penuh untuk mencari tenaga Pendidik yang lain ke Sumatera Barat .
Pada tanggal 5 Mei 1927 setelah lengkap sarana dan prasarana, diresmikanlah nama sekolah yaitu : “Maktab Subulussalam Sayurmaincat ”. Pada saat Maktab ini berjalan sekitar satu tahun, Guru H. Ilyas ( Pimpinan ) pindah ke Medan dan mandatnya sebagai pimpinan diserahkan kepada guru Arjun Lubis, dan Kepengurusan Maktab Subulussalam dibentuk dari kalangan Cerdik Pandai, Alim ulama, serta Pemuda – Pemudi Desa Sayurmaincat.
Pada masa Desa Sayurmaincat dipimpin seorang Kuria yang bernama Raja Uhum Djunjungan Lubis, guru – guru dan Santri laki – laki, dan perempuan serta pengurus Maktab Subulussalam yang masih muda mengadakan musyawarah untuk menentang Kolonial Belanda bertempat di Maktab Subulussalam. Akhirnya gerakan ini tercium pihak Kolonial Belanda sehingga beberapa orang pengurus dipanggil kekantor Asisten Residen di Padang Sidimpuan, yaitu, H. M. Amin Nasution, Haris Muda Lubis, Guru Arjun Lubis ( H. Pachruddin Arjun Lubis )
Mereka dihadapkan kepada Demang bagian politik yang bernama Sutan Parlindungan Lubis. Ketika itu, sempat terlontar dari kata-kata sang Demang, bahwa Maktab Subulussalam adalah gudang politik. Sejak saat itu pemerintah Belanda selalu mengawasi segala tindak tanduk dan kegiatan Maktab Subulussalam.
Pengurus, santri dan guru-guru Maktab Subulussalam terus melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Akibat perlawanan itu, sebagian pengurus, santri dan guru-guru ditangkap yakni, Tinggi Lubis dan Yahya Malik Nasution dibuang ke Digul Irian Jaya. Sedangkan H. Ali Hanafiah Lubis ( Mahals ) dipenjarakan di Suka Miskin Jawa Barat, dan Makmur Lubis serta Abdul Aziz ke Ternate.
Walaupun terjadi penangkapan, generasi penerus Maktab Subulussaalam Sayurmaincat terus dibina untuk mewarnai perjuangan bangsa dan tanah air serta melanjutkan perjuangan gerakan untuk tercapainya kemerdekaan. Pada tahun 1942, akibat perang Dunia ke- II, ternyata negara Matahari Terbit ( Jepang ) sampai di Kotanopan, hal ini berimbas ditutupnya Maktab Subulussalam.
Pada tahun 1945 saat Proklamasi kemerdakaan RI, Ponpes Subulussalam kembali dijadikan Asrama Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Ahmad Husein. Setelah asrama TKR dipindahkan, Ponpes Subulussalam dijadikan Asrama oleh Jawatan Sosial. Seterusnya, Ponpes Subulussalam dipergunakan tempat latihan Napindo. Kemudian tahun 1949, Ponpes Subulussalam kembali dibuka dengan Kepala Sekolah H. Fahruddin Arjun Lubis.
Pesantren ini juga banyak menghasilkan alumni yang cukup berhasil baik di kancah Nasional maupun Internasional, mulai dari M. Yunan Nasution ( Mantan Ketua Islamiyah Jakarta), Prof. Muktar Lintang (Guru Besar Universitas Kebangsaan Malaysia), KH. Ahmad Nasution (Mantan Ketua Pengadilan Tinggi Mahkamah Syariah Sumut), Ikhsan Nasution (Mantan Kepala Departemen Agama Bengkulu), Mayor ( Purn ) Aspan Nasution (Mantan Pusdikkes – AD Jakarta). Kemudian Letkol ( Purn ) Ayub Lubis ( Mantan Ketua Perintis Kemerdekaan Sumut ), Abdul Kadir ( Mantan Pimpinan Ponpes KH. A. Dahlan Sipirok ), dan masih banyak alumni lainnya yang memiliki andil dalam kemajuan bangsa dan negara ini.
Saat ini Ponpes Subulussalam mempunyai Santri sekitar 450 orang dengan di asuh Ustadz dan Ustadzah sebanyak 30 orang. Pesantren ini pernah mencapai puncak keemasan sekitar tahun 1990 an masa Kepala Sekolah di jabat Alm. H. Misbahuddin Batubara (Mantan Ketua DPRD Madina) dengan jumlah Santri sekitar 800-900 orang.
Sebagai saksi bisu sejarah, sudah sepantasnya Pemerintah melirik keberadaan Pesantren ini. Saat ini, Ponpes Subulussalam bukan saja aset umat Islam di Kotanopan, tapi juga di Kab. Mandailing Natal.
Reporter : Lokot Husda
Editor : Hanapi Lubis
Comments
This post currently has no comments.