Dua Tokoh Pendidikan dari Mandailing Layak Ditetapkan Pahlawan Nasional

Panyabungan, StartNews – Komunitas Ikatan Pemuda Mandailing meminta Presiden Jokowi menetapkan dua tokoh pendidikan dari Mandailing Natal (Madina) menjadi pahlawan nasional. Kedua tokoh ini adalah pendiri Pondok Pensantren Mustafhawiyah Purbabaru Syeikh Mustafa Husein Nasution dan Willem Iskandar gelar Sutan Sati Nasution.

Ketua Ikatan Pemuda Mandailing Tan Gozali menyatakan kedua tokoh tersebut sudah memberikan sumbangsih untuk bangsa ini sebagai pelopor pendidikan Boemi Poetra sebelum kemerdekaan. Untuk itu, dia berharap Presiden Jokowi mengangkat kedua tokoh ini menjadi pahlawan nasional RI.

“Kedua tokoh tersebut berjasa besar dalam hal mempelopori pendidikan, khususnya di Pulau Sumatera, bahkan Indonesia,” kata Tan Gozali di Desa Purbabaru, Kecamatan Lembah Sorik Marapi, Mandina, Kamis (2/9/2021).

Meski berbeda tahunnya, keduanya sama-sama pendiri sekolah pertama untuk Bumi Putera di Sumatera bagian utara yang sekarang di lokasinya didirikan SMA Tanobato (SMAN 1 Panyabungan Selatan). Pendirian sekolah ini wujud penghargaan pemerintah pusat. Sebab, mulai peletakan batu pertama hingga peresmiannya dilakukan langsung oleh Menteri Pendidikan Nasional.

“Uniknya kedua sekolah itu didirikan di kampung yang sama, kampung kecil, yaitu Kampung Tanobato di kaki Gunung Sorik Marapi, Mandailing,” katanya.

Willem Iskandar juga mendirikan sekolah guru (kweekschool) pertama untuk bumi putera di Tanobato, Mandailing Natal, Sumatera Utara pada tahun 1862, jauh sebelum Ki Hadjar Dewantara mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922.

“Kenapa disebut sekolah yang didirikan Willem Iskandar ini sebagai sekolah guru pertama untuk bumi putera di Indonesia. Karena memang sebelum sekolah ini didirikan, sudah ada juga sekolah guru di Indonesia yang didirikan Belanda, yaitu Kweekschool Surakarta (1851) dan Kweekschool Fort de Kock, Bukittinggi (1856),” katanya.

“Tapi, kedua sekolah ini hanya menerima murid dari kalangan bangsawan dan orang Belanda (Eropa). Lain dengan Kweekschool Tanobato (1862) yang didirikan Willem Iskandar, terbuka untuk semua kalangan masyarakat,” imbuhnya.

Lebih jauh dia menjelaskan, murid-murid Kweekshool Tanobato inilah yang kemudian menyebar dalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa di seantero Sumatera bagian utara.

“Mungkin itu jugalah sebabnya kenapa di awal-awal masa perjuangan kemerdekaan kita, banyak tokoh penting dari Mandailing. Hal ini karena mereka sudah tercerdaskan lebih dahulu dari segi pendidikan apabila dibanding di daerah-daerah lain,” ujarnya.

Sementara Syeik Musthafa Husein juga mendirikan Pondok Pesantren Musthafawiyah di Tanobato pada tahun 1912, setelah terjadi banjir bandang pada waktu itu kemudian pindah ke Kampung Purbabaru.

Pondok Pesantren Musthafawiyah disebut-sebut sebagai salah satu pondok pesantren tertua di Pulau Sumatera. Murid Syeikh Musthafa Husein juga menyebar ke berbagai daerah di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau.

“Sehingga, di awal-awal masa perjuangan kemerdekaan, banyak tokoh agama Islam yang berasal dari Mandailing. Bahkan, orang-orang Mandailing yang merantau ke Tanah Deli, Medan (Sumatera Timur). Di tanah perantauannya banyak yang kemudian menjadi tokoh agama, adat, budayawan, akademisi, dan cendikiawan Muslim untuk tingkat nasional,” pungkasnya.

Reporter: Hasmar Lubis

The post Dua Tokoh Pendidikan dari Mandailing Layak Ditetapkan Pahlawan Nasional first appeared on Start News.

Komentar Anda

komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll To Top
Request Lagu
Loading...