Gegara Irigasi Dibiarkan Rusak, Madina Kehilangan Puluhan Ribu Ton Produksi Padi

Gegara Irigasi Dibiarkan Rusak, Madina Kehilangan Puluhan Ribu Ton Produksi Padi

Panyabungan, StartNews – Tiga saluran irigasi primer (saluran induk) di bawah pengelolaan Balai Wilayah Sungai Sumatera II sudah dua tahun belakangan tidak berfungsi optimal. Dampaknya, dua ribuan hektare lahan persawahan di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) tidak ditanami padi. Petani terpaksa memanfaatkan lahannya untuk berkebun holtikultura.

Akibatnya, Madina kehilangan puluhan ribu ton produksi padi setiap musim panen, sehingga harga beras di kabupaten ini terus melonjak. Kebutuhan beras sebagai bahan pokok untuk masyarakat Madina terpaksa disuplai dari luar daerah. Biaya distribusi turut mengatrol harga beras di Madina.

Ada tiga saluran irigasi primer yang rusak di Madina. Di antaranya Sipon di Aek Pohon, Kelurahan Pidoli Dolok, Kecamatan Panyabungan. Sudah dua tahun saluran irigasi primer ini tidak berfungsi, karena berada di bawah permukaan patah yang membuat aliran air tersumbat. Dampaknya, 900 hektare sawah yang seharusnya dialiri air dari saluran irigasi tersebut gagal tanam.

Begitu juga saluran irigasi primer di Kelurahan Simangambat, Kecamatan Siabu. Hampir satu tahun terkahir saluran irigasi ini tidak berfungsi karena ambruk diterjang banjir. Akibatnya, 300 hektare sawah di daerah ini gagal tanam.

Saluran irigasi lainnya berada di Sihepeng, Kecamatan Siabu. Saluran irigasi ini tertimbun longsor, sehingga 400 hektare sawah juga gagal tanam.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Madina Siar Nasution mengakui tiga saluran irigasi primer yang rusak itu berdampak pada produksi padi di Kabupaten Madina.

Berdasarkan catatan instansi yang dia pimpin, sebelumnya produksi padi di Madina mencapai 20 ribu ton per tahun. Namun, kini produksi padi tinggal 10 ribu ton per musim panen, karena banyak lahan sawah beralih fungsi jadi kebun holtikultura akibat kekurangan pasokan air.

“Mandailing Natal sebelumnya surplus beras, sekarang sudah kehilangan produksi padi hampir 10 ribu ton per musim atau 20 ribu ton per tahun,” kata Siar Nasution.

Siar menyebutkan tiga saluran irigasi primer yang rusak itu sudah dilaporkan ke Balai Wilayah Sungai Sumatera II selaku penanggungjawab pengelolaan irigasi.

“Melalui Pak Bupati, pemerintah daerah sejak awal sudah melaporkan kondisi irigasi ini ke BWSS II.  Alhamdulillah, sipon di Pidoli sudah mulai dikerjakan,” katanya.

Sia menuturkan, pihaknya akan terus mendesak BWSS II segera memperbaiki saluran irigasi yang rusak agar produksi padi di Madina kembali normal.

Reporter: Agus Hasibuan

Komentar Anda

komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll To Top
Request Lagu
Loading...