Peringati Hari Guru 2019, MPC PP Madina Desak Presiden RI Tetapkan Willem Iskander Sebagai Pahlawan Nasional


Foto: Pengurus MPC PP Madina
Panyabungan, StArtNews-Pionir Pendidikan Pribumi pertama di Indonesia yang berasal dari Pidoli Lombang, Mandailing Natal; Sati Nasution atau yang lebih dikenal dengan Willem Iskander yang lahir pada tahun 1840 M sudah selayaknya mendapatkan anugerah Pahlawan Nasional dari Republik Indonesia di bidang Pendidikan.
Demikian disampaikan Ketua MPC Pemuda Pancasila Kab. Madina Syahriwan “Kocu” Nasution didampingi Sekretaris Al Hasan Nasution, S.Pd bersama pengurus lainnya Ahmad Tahir Nasution, Roni PS Nasution, Hotma Siregar, S.Sos, Mahyuddin Nasution, Panri Pauzi Nasution kepada StArtNews, Senin (25/11).
“Kita mendesak Presiden RI untuk mempertimbangkan dan menetapkan nama Willem Iskander sebagai Pahlawan Nasional. Kita juga meminta kepada para Kepala Daerah di Wilayah Tabagsel (Tapsel, Madina, Padangsidimpuan, Palas, Paluta) dan juga Pemprov Sumut untuk mengambil langkah konkret agar pendiri Kweck School (Sekolah Guru) pertama di Indonesia itu dianugerahi gelar Pahlawan Nasional dan diabadikan secara masif menjadi nama Jalan Protokol, Nama Gedung, Bandara, atau Pelabuhan” tegas Kocu.
Mantan anggota DPRD Madina ini menambahkan, sejarah mencatat, jauh sebelum nama Ki Hajar Dewantara yang tanggal lahirnya ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional, mendirikan Taman Siswa pada tahun 1906, di Mandailing tahun 1862 telah berdiri Kweck School di Tano Bato Mandailing, dan kemudian pindah ke Padangsidimpuan. Sekolah ini merupakan sekolah guru pertama di Indonesia. Bangunannya sudah swakelola dan menerapkan kurikulum modern yang mencetak calon pendidik guna mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tano Bato pada waktu itu, menurut Kocu adalah merupakan Gudang Kopi Pemerintah Hindia Belanda. Willem melakukan terobosan gerakan pencerahan (Aufklarung) melalui pendidikan di Mandailing-Angkola. Tidak hanya itu, orientasi kemerdekaan, cakrawala, penalaran, idealisme, dan semangat pembaharuan di Mandailing dicetuskan Willem Iskander yang terekam dalam sajak puisinya pada buku berjudul Sibulus Bulus Sirumbuk Rumbuk. Buku fenomenal ini sudah diakui dunia keilmuan dan merupakan buku yang paling intelektual dan top pada zamannya.
“Kenapa nama Willem Iskander ini seakan tenggelam. Padahal kiprah dan kontribusinya sangat nyata di Republik ini. Kita minta Pemerintah Pusat jangan terkesan diskriminatif dan memandang sebelah mata dengan rekam jejak histori para tokoh di luar pulau Jawa,” ungkap Kocu.
Selain itu MPC PP Kab. Madina juga mengusulkan selain gelar Pahlawan Nasional, nama Willem Iskander juga ditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Kepiawaian Willem Iskander dalam mencetak para calon guru dapat dinikmati oleh masyarakat di Sumatra Utara sampai sekarang.
Dalam menjalankan sekolahnya, Willem Iskander membuat s tiga syarat penting yang harus dilaksankan oleh setiap guru Sekolah Bumiputera. Pertama, Sekolah Guru harus menjadi pusat ilmu dan pengetahuan. Kedua, guru sekolah harus mampu menulis buku pelajaran. Ketiga, bahasa daerah harus dikembangkan sesuai kaidah-kaidah bahasa. Willem Iskander juga pernah mengusulkan kepada Belanda agar memberikan beasiswa kepada para bumi putera untuk mengecap pendidikan di Belanda yang kemudian dikabulkan.
“Tidak ada yang meragukan kiprah perjuangan Willem Iskander. Sati Nasution adalah nama kecilnya. Setelah dia menikah diberi gelar “Harajaon” Sutan Iskandar Nasution. Bahkan nama Willem yang ada di depan namanya juga adalah gelar kebangsawanan yang dianugerahkan oleh kerajaan Belanda. Rumah peninggalan Willem Iskander, anak dari Mangaraja Tinating Nasution yang merupakan Generasi ke-11 dari Sibaroar Nasution masih ada dan ditempati oleh pewarisnya di Bagas Godang Pidoli Lombang. Bila perlu, kita mengusulkan agar makam Willem Iskander yang di Amsterdam pun, kalau memang bisa sebaiknya dipindahkan ke Mandailing” pungkas Kocu.
Reporter: Hamdi Nasution
Editor: Hanapi Lubis
Comments
This post currently has no comments.