Sepak bola sering kali menjadi olahraga yang melintas batas. Skala besar pertandingannya menjadi magnet bagi banyak manusia. Ia menyatukan mereka dalam harapan yang sama, yakni kemenangan.
Daya magis sepak bola itu pula yang kembali kita rasakan saat ini. Perjuangan tim nasional Indonesia telah jauh melintasi lapangan hingga ke penjuru negeri. Di balik riuhnya perang opini belakangan ini, kita kembali diingatkan pada indahnya kebersamaan yang memang menjadi karakter sejati bangsa ini.
Meski final Piala AFF masih menyisakan satu laga lagi, kemenangan sejati sebenarnya telah dipersembahkan Boaz Solossa dan kawan-kawan. Perjuangan keras mereka sejak babak awal telah menumbuhkan lagi kebanggaan akan Tanah Air ini.
Terlebih, keberagaman suku dan agama para pemain timnas menjadi cermin keindonesiaan. Para pemain timnas bukannya tuli dengan sentimen identitas yang sedang mencuat di masyarakat. Meski demikian, mereka sama sekali tak terusik dan justru membuktikan kuatnya kebersamaan.
Itu pula yang dikatakan pemain timnas keturunan Belanda, Irfan Bachdim. Melalui akun media sosialnya, Irfan yang harus absen membela skuat ‘Merah Putih’ akibat dibebat cedera berseru kepada masyarakat untuk melihat jiwa kekeluargaan dalam timnas. Ia menyuarakan bahwa para punggawa tim ‘Garuda’ bukan semata berjuang untuk titel. Mereka ingin memberi contoh kepada dunia bahwa Indonesia tetap bangsa yang bersatu dan mencintai perbedaan.
Di lapangan pun mereka telah membuktikan kekuatan persatuan itu. Berkat kekompakan dan semangat persatuanlah, timnas bisa melaju hingga partai puncak. Tinggal setapak lagi bagi mereka untuk mengakhiri paceklik gelar selama seperempat abad setelah di laga pertama babak final menghajar Thailand 2-1.
Faktor nonteknis itu harus kita akui karena dari beberapa laga jelas terlihat perbedaan level permainan antara timnas dan tim-tim kuat Asia Tenggara. Namun, timnas yang dibentuk hanya sekitar tiga bulan sebelum Piala AFF digelar mampu menjungkirbalikkan anggapan nilai minus akibat ketertinggalan soal teknis. Dengan semangat nasionalisme, mereka bisa keluar dari bulan-bulanan lawan dan balik mendulang kemenangan.
Perjuangan itulah yang semestinya kita ingat, bahkan nanti ketika Piala AFF usai. Betul bahwa kita harus optimistis bisa menjadi juara. Akan tetapi, apa pun hasil laga di Thailand nanti harus kita ingat bahwa persatuanlah yang menjadi kebanggaan terbesar.
Lebih jauh lagi, jangan pula kita terjebak menjadi bangsa yang haus gelar juara, tetapi kalah oleh perbedaan sendiri. Janganlah contoh terpuji yang telah ditunjukkan timnas sepak bola Indonesia di lapangan menjadi sia-sia. Juga jangan jadikan perjuangan mereka hanya sebagai gincu pencitraan kepada dunia atau sekadar menambah piala.
Nasionalisme dan kekompakan yang telah diingatkan kembali oleh timnas harus pula menjadi semangat dalam ‘laga-laga’ lain yang akan dihadapi bangsa ini. Kita boleh saja berlaga dalam politik, tetapi semestinya tidak ada yang dapat memecah kecintaan terhadap keberagaman. Sesungguhnya tanpa itu, kita akan menjadi bangsa yang mudah terombang-ambing. Sedikit perbedaan saja langsung membuat kita terpecah dan sedikit kemenangan menjadikan kita pongah.
Sumber :metrotvnews.com
Editor : Hendra Ray