Penulis tertarik mengambil judul ini tentunya terkait dalam rangka memperingati hari pahlawan, dan terinsipirasi dari seminar nasional yang berjudul Indonesia, Pembangunan dan Kesejahteraan dengan narasumber tokoh besar Prof. Dr. Bomer Pasaribu (Guru Besar IPB), Jum’at/ 9 November 2018 di UIN SU. Dalam catatan penulis sangat tertarik dari apa yang disampaikan oleh Prof. Dr. Bomer Pasaribu yang menyampaikan bahwa tokoh ekonomi yang modern saat ini yang jadi panutan adalah bukan Adam Smith atau David Ricardo atau Richard Cantillon tetapi jauh dari sebelumnya yaitu Ibnu Khaldun mampu memberikan jawaban jawaban atas berbagai masalah ekonomi dunia modern.
Dalam setiap masa kehidupan manusia, tentunya selalu saja ada karya-karya yang tercipta baik berupa perbuatan atau berupa tulisan. Manusia merupakan makhluk yang berakal yang senantiasa selalu menyajikan peradaban-peradaban yang menarik dalam setiap masa, hal yang unik ditemukan dalam setiap masanya mulai dari peradaban Yunani Kuno, Mesir Kuno hingga peradaban di masa kini. Dari sekian banyaknya peradaban ada satu peradaban di kurun waktu 750 Masehi hingga abad ke 13 Masehi yang cukup menarik perhatian dimana saat itu bangsa eropa sedang mengalami masa dark age dan Peradaban Islam di kala itu tengah berjaya baik dari segi politik, budaya hingga ilmu pengetahuan.
Dari Segi pengetahuan, pada masa itu banyak tokoh-tokoh atau ilmuwan yang terlahir, tentunya banyak ilmu-ilmu baru yang tercipta dan memiliki andil dalam sejarah perkembangan peradaban manusia. Tak jarang mereka yang bergerak di bidang ilmu pengetahuan juga menerjemahkan karya-karya dari peradaban yang pernah berjaya sebelumnya seperti Peradaban Yunani Kuno. Di masa itu tak jarang bangsa eropa pun belajar dari peradaban Islam untuk bisa menciptakan perubahan bagi bangsa Eropa di kala itu yang sedang mengalami masa kegelapan.
Dari sekian banyaknya ilmuwan dan tokoh-tokoh ilmu pengetahuan kala itu, ada satu sosok yang cukup menarik perhatian dan karyanya masih dibaca orang-orang di masa kini yaitu Ibnu Khaldun. Siapakan Ibnu Khaldun? Dia adalah seorang tokoh sejarawan muslim yang berasal dari Tunisia yang lahir pada tanggal 27 Mei 1332 dan meninggal pada tanggal 19 Maret 1406, nama lengkap dari Ibnu Khaldun sendiri adalah Abu Zayd ‘Abd Al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami. Dari tangan Ibnu Khaldun sendiri terlahir berbagai karya tulisan, diantaranya yang terkenal adalah Muqaddimah. Siapa sangka karya Muqaddimah ini sendiri bisa terkenal luas hingga digunakan bangsa eropa kala itu, padahal Muqaddimah itu sendiri merupakan pengantar dari karyanya yaitu kitab Al-ibar yang menjelaskan tentang sejarah dunia di kala itu.
Buku Muqaddimah sendiri selesai ditulis oleh Ibnu Khaldun pada tahun 1377, keistimewaan dari karyanya tersebut menurut para ilmuwan merupakan karya pertama yang membahas sejarah perkembangan dan perubahan masyarakat secara sosiologis, pembahasan di buku Muqaddimah itu sendiri bukan hanya menjelaskan kronologis peristiwa yang terjadi pada masa itu, akan tetapi juga membahas penafsiran setiap peristiwa secara keseluruhan. Karya Muqaddimah juga Menawarkan persfektif baru dalam mengungkapkan hubungan sosial antara masyarakat dan juga lingkungannya dalam sudut pandang sejarah. Muqaddimah karya Ibnu Khaldun ini cukup spesial karena karya yang dibuatnya selangkah lebih maju dibanding peradaban saat itu, dimana pemikiran Ibnu Khaldun yang menyatakan menolak pembedaan manusia berdasarkan ras atau warna kulit mendahului pemikiran anti rasisme dalam kehidupan sosial yang muncul setelahnya.
Didalam bukunya yang cukup tebal, buku Muqaddimah sendiri memuat beberapa isi yang menarik, mulai dari etnologi dan antrpologi, masyarakat perdesaan dan perkotaan, fakta-fakta seputar ekonomi, bentuk pemerintahan, ilmu pengetahuan dan juga tentang kemanusiaan. buku tersebut memang bukan hanya sekedar membahas seputar sosiologi semata, akan tetapi di karyanya juga membahas teori seputar ekonomi seperti faktor permintaan dan penawaran yang mempengaruhi harga, fungsi uang, saling berkaitannya antara harga dan tahap produksi dan lain sebagainya.
Buku Muqaddimah ini menjadi inspirasi dan menarik perhatian banyak orang di setiap masanya termasuk pendiri Facebook yaitu Mark Zuckerberg. Buku muqaddimah sendiri menjadi salah satu bacaan dari Mark Zuckerberg dan mark sendiri mengajak para pengguna Facebook untuk membaca buku Muqaddimah, alasan Mark Zuckerberg memilih buku tersebut karena ada hal-hal yang menarik di dalamnya yang terfokus pada alur kemunculan masyarakat dan kebudayaan, termasuk penyebab munculnya kota, politik, perdagangan dan juga ilmu pengetahuan serta tentang pandangan Ibnu Khaldun tentang dunia yang dipahami ketika itu.
Ibnu Khaldun pertama kali menjadi perhatian dunia Barat pada tahun 1697, ketika sebuah biografi tentang beliau muncul di Bibliothèque Orientale Barthélemy d’Herbelot de Molainville. Ibnu Khaldun mulai mendapatkan perhatian lebih pada tahun 1806, ketika Silvestre de Sacy’s Chrestomathie Arabe memasukkan biografinya bersama dengan terjemahan bagian Muqaddimah sebagai Prolegomena. Pada tahun 1816, de Sacy kembali menerbitkan sebuah biografi dengan deskripsi yang lebih rinci tentang Prolegomena. Rincian lebih lanjut tentang dan sebagian terjemahan Prolegomena muncul selama bertahun-tahun sampai edisi bahasa Arab yang lengkap diterbitkan pada tahun 1858. Sejak saat itu, karya Ibnu Khaldun telah dipelajari secara luas di dunia Barat dengan minat khusus.
- Sejarawan Inggris Arnold J. Toynbee menyebut Muqaddimah sebagai “sebuah filosofi sejarah yang tidak diragukan lagi merupakan karya terbesar dari jenisnya yang pernah diciptakan oleh pikiran manapun kapanpun atau dimanapun.”
- Filsuf Inggris Robert Flint menulis hal berikut tentang Ibn Khaldun: “Sebagai seorang ahli teori sejarah, dia sama sekali tidak setara dalam usia atau negara manapun sampai Vico muncul, lebih dari tiga ratus tahun kemudian. Plato, Aristoteles, dan Agustinus bukanlah teman sebayanya, dan Semua yang lain tidak layak untuk disebutkan namanya bersamanya “.
- Abderrahmane Lakhsassi menulis: “Tidak ada sejarawan Arab Maghrib terutama orang-orang Berber dapat melakukan sesuatu tanpa kontribusi historisnya.”
- Ahli antropologi filsuf Inggris Ernest Gellner mempertimbangkan definisi pemerintahan oleh Ibnu Khaldun sebagai “sebuah institusi yang mencegah ketidakadilan”, sebagai yang terbaik dalam sejarah teori politik.
- Egon Orowan, yang menciptakan konsep socionomy, dipengaruhi oleh gagasan Ibnu Khaldun tentang evolusi masyarakat.
- Arthur Laffer, yang menamai kurva Laffer, mencatat bahwa, antara lain, beberapa gagasan Ibnu Khaldun menginspirasinya.
- Pada tahun 2004, Pusat Komunitas Tunisia meluncurkan Penghargaan Ibnu Khaldun yang pertama sebagai seorang berprestasi berpendidikan tinggi / berpendidikan Tunisia / Amerika yang karyanya mencerminkan gagasan Ibnu Khaldun tentang kekerabatan dan solidaritas. Penghargaan ini dinamai Ibn Khaldun karena dia diakui secara universal sebagai Bapak Sosiologi dan juga untuk konvergensi gagasannya dengan tujuan dan program organisasi.
- Pada tahun 2006, Atlas Economic Research Foundation meluncurkan sebuah kontes esai tahunan untuk siswa yang diberi nama dalam kehormatan Ibnu Khaldun. Tema dari kontes ini adalah “bagaimana individu, think tank, universitas dan pengusaha dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah untuk memungkinkan pasar bebas berkembang dan memperbaiki kehidupan warganya berdasarkan ajaran dan tradisi Islam.”
- Pada tahun 2006, Spanyol memperingati ulang tahun ke 600 kematian Ibnu Khaldun.
Ini menunjukkan pemikiran pemikiran ekonomi dari ahli ekonomi dunia islam mampu memberikan sumbangsih bagi peradaban dunia , dan terapan dari ekonomi islam di terima berbagai negara negara non muslim di eropa membuktikan bagian dari islam rahmatallil alamin.
Ibnu Khaldun memiliki nama lengkap Abu Zayd ‘Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami lahir 27 Mei1332 – meninggal 19 Maret1406 pada umur 73 tahun) adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisia dan sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah (Pendahuluan). Sungguh luarr Biasa untuk muqaddimahnya aja sudah berjumlah 1200 halaman, yang banyak dibaca para ahli dan pengamat ekonomi dunia saat ini terkhusus di eropa. Banyak orang orang eropa belajar dari teori teori Ibnu Khaldun , makanya dari sisi di dunia ekonomi islam kita melihat implementasi terapan dari ekonomi islam banyak di awali dari negara negara eropa termasuk di denmark sebagai didaulat sebagai negara no.1 bahagai di dunia, dan juga lebih dahulu dari penerapan perbankan islam pada tahun 1983 dengan nama The Islamic Bank International of Denmark jauh dibandingkan dari berdirinya Bank Muamalat pada tahun 1991
Lelaki yang lahir di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M adalah dikenal sebagai Bapak Ekonomi Islam Dunia, tetapi juga sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alquran sejak usia dini. Pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis jauh telah dikemukakannya sebelum Richard Cantillon (1680-1734) dengan bukunya Essay on Economic Theory (1730) , atau Adam Smith (1723-1790)dengan buku terkenalnya An Inquiry Into The Nature and Causes of The Wealth of Nations (1776) atau David Ricardo (1772-1823) dengan bukunya yang berjudul “Principles of Political Economy and Taxation(1817) mengemukakan teori-teori ekonominya. Bahkan ketika memasuki usia remaja, tulisan-tulisannya sudah menyebar ke mana-mana. Tulisan-tulisan dan pemikiran Ibnu Khaldun terlahir karena studinya yang sangat dalam, pengamatan terhadap berbagai masyarakat yang dikenalnya dengan ilmu dan pengetahuan yang luas, serta ia hidup di tengah-tengah mereka dalam pengembaraannya yang luas pula.
Kehidupan Ibn Khaldun didokumentasikan dengan baik, saat dia menulis sebuah otobiografi ا, at-Ta’rīf bi-ibn Khaldūn wa-Riḥlatih Gharban wa-Sharqan di mana banyak dokumen mengenai hidupnya dikutip kata per kata.
Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of Aberdeen, Scotland dalam artikelnya “The Islamic Review & Arabic Affairs” di tahun 1970-an mengomentari tentang karya-karya Ibnu Khaldun. Ia menyatakan, “Tulisan-tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli sosiologi dalam bahasa Inggris (yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Inggris).” Salah satu tulisan yang sangat menonjol dan populer adalah muqaddimah (pendahuluan) yang merupakan buku terpenting tentang ilmu sosial dan masih terus dikaji hingga saat ini. Bahkan buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa.
Belajar dari Ibnu Khaldun, setidaknya ada beberapa point penting yang dapat diadopsi Indonesia mengenai teori ibnu khaldun tentang kesejahteraan bangsa.Ibnu Khaldun menegaskan bahwa kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di negara tersebut. Menurutnya, kekayaan negara ditentukan oleh dua hal yaitu tingkat produksi domestik dan neraca pembayaran yang positif dari negara tersebut.
Jika dilihat dari kondisi perekonomian Indonesia pada saat ini, Indonesia merupakan negara dengan keindahan alam serta kekayaan bumi yang melimpah. Indonesia juga memiliki potensi wisata yang besar serta potensi produksi dari sektor riil dengan ketersediaan sumber daya alam yang melimpah. Hal tersebut sudah semestinya menjadikan sektor riil menjadi tumpuan pemasukan bagi negeri ini.
Pemerintah saat ini dapat mengambil beberapa pelajaran dari pemikiran Ibnu Khaldun, diantaranya Pemerintah harus mulai mengurangi ketergantungan terhadap sektor pajak sebagai pemasukan negara. Sekor riil harus dijadikan tumpuan utama sebagai penggerak roda ekonomi negara. Kontribusi sektor riil yang semakin menurun membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah. Pemerintah harus menyesuaikan pengeluaran negara dengan realisasi pendapatan, sehingga meminimalisir terjadinya defisit anggaran dan mengurangi angka pembiayaan demi mengantisipasi “jalan pintas” yang dapat merugikan sektor produksi. Apabila PNBP dapat berkontribusi lebih dalam penerimaan negara, maka kebutuhan terhadap pajak dapat diminimalisir sehingga mendorong tercapainya kemakmuran bangsa Indonesia.
Indonesia harus mencari dan memperkuat identitasnya sendiri dan jangan sekadar menyerap kebudayaan impor. Indonesia mayoritas muslim, maka identitas yang paling kokoh warisan sejarahnya adalah nilai nilai keislamanannya. Identitas diri yang kuat itu akan membangkitkan kepercayaan diri bangsa sehingga Indonesia akan punya kesempatan menjadi bangsa yang terdepan. Terlebih saat ini Indonesia sedang menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
*) Sunarji Harahap, M.M.
Penulis Adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Universitas Islam Negeri Sumatera Utara / Pengamat Ekonomi Syariah/ Penulis Aktif Opini Harian Waspada