SIKAP REDAKSI-Injury time diartikan sebagai pengganti waktu yang hilang karena pelanggaran atau insiden lainnya dalam sepak bola. Injury time diberikan pada akhir pertandingan atau setelah menit ke-90. Ketika sudah masuk masa injury time biasanya tim yang tertinggal akan terus melakukan serangan ke pertahanan lawan untuk mendapatkan gol penyeimbang. Sedangkan untuk tim yang di atas angin biasanya akan berusaha mengulur waktu.
Berbicara injury time tak lepas dari drama Manchester United ketika berhadapan dengan Bayern Muenchen di final Liga Champions Eropa tahun 1999 silam di Nou Camp, Barcelona, Spanyol. Muenchen unggu cepat lewat tendangan bebas Mario Basler. Keunggulan itu bertahan hingga menit ke-90. Di masa injury time, MU yang tertinggal terus menyerang pertahan Muenchen, hasilnya menit pertama injury time Teddy Sheringham memecah kebuntuan dan menyamakan kedudukan lewat golnya. Dua menit kemudian, Ole Gunner Solksjaer menceploskan bola ke gawang yang dikawal Oliver Kahn. MU keluar sebagai jura dengan memaksimalkan masa injury time.
Kampanye Pilkada Madina tahun ini sudah memasuki last minute, atau bisa juga disebut sebagai injury time. Sejak genderang kampanye ditabuh KPU pada 26 September silam, ketiga pasangan calon yakni, paslon H. M. Jakfar Sukhairi Nasution-Atika Azmi Utammi (nomor 1), paslon Drs. Dahlan Hasan Nasution-H. Aswin Parinduri (nomor 2) dan paslon H. M. Sofwat Nasution-Ir. H. Zubeir Lubis (nomor 3) mulai bergerak menyasar simpul-simpul suara dan berbaur dengan masyarakat. Janji kampanye dan visi misi diikrarkan untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari pemilih.
Daerah-daerah terluar dan terisolasi tak luput dari kunjungan para calon. Tim disebar. Calon bupati dan calon wakil bupati menempuh jalan yang berbeda untuk memastikan 404 desa dan kelurahan yang ada di Madina terkunjungi dan aspirasi masyarakat tersahuti. Dalam setiap kunjungan, para calon disambut dengan meriah dan antusias yang tinggi. Masyarakat hadir berbondong-bondong dan berikrar akan memenangkan setiap calon. Akhirnya, para tim pemenangan dan pendukung saling klaim suara.
Sementara itu, ranah media sosial sebagai salah satu media yang digunakan oleh banyak orang tak luput dari target kampanye para calon. Akun official dibentuk untuk bisa berinteraksi dan memposting setiap kegiatan para calon demi menarik perhatian dan mendapat dukungan dari pengguna media. Mulai dari kampanye sesuai aturan sampai yang menyalahi aturan tersedia. Akun-akun bodong diternak untuk membangun dan meng-counter opini. Pertarungan klaim menyeruak. Saling ejek tak terelakkan. Itu semua demi mendapatkan simpul suara untuk memenangkan pertarungan.
Babak kedua kampanye seperti diakhiri dengan Debat Publik Kandidat yang disiapkan oleh KPU. Dalam panggung agora berukuran sedang itu, ketiga pasangan calon saling lempar opini, data, penyataan dan pertanyaan. Setiap paslon diberikan waktu dan kesempatan yang sama, meski pada nyatanya banyak waktu yang terbuang.
Meski narasi dan klaim kehebatan paslon saat debat menyelimuti lini masa dan komunikasi ruang publik, tapi debat itu seperti klimaks dari kampanye Pilkada 9 Desember ini. Usai debat, para calon cenderung lebih kalem dalam menjumpai masyarakat. Berita kunjungan turun drastis. Bahkan ada calon yang beberapa waktu meninggalkan Madina. Sepertinya masa kampanye telah masuk menit ke-90.
Seperti halnya Manchester United yang tertinggal satu gol, mengingat elektabilitas para paslon yang begitu berimbang, seharusnya injury time sekitar 4 hari ini harus benar-benar dimaksimalkan jika ingin keluar sebagai pemenang. Bisikan yang menyebutkan paslon unggul dan menang harus ditimbang dengan kepala jernih sehingga tidak terlena. Sementara paslon yang masih ketar-ketir dengan situasi suaranya di daerah-daerah penentu tentu tak boleh menginjak rem. Serangan opini untuk membangun persepsi baik harus terus dilakukan demi mencetak gol penyama dan membalikkan keadaan.
Empat hari bukan waktu yang singkat. Jika setiap tim bekerja penuh waktu, ada 96 jam lagi masa perjuangan. Injury time ini harus bisa dimanfaatkan setiap calon untuk menyisir benalu dalam perjuangan, mengejar perolehan suara di tempat-tempat yang bukan basis dan menyolidkan simpul suara. Para cakada jangan sampai kecolongan oleh langkah tim lain yang mengamati dengan saksama. Sebab, gol Teddy Sheringham di menit ke-91 itu menjadi titik balik keruntuhan mental para pemain Bayern Muenchen yang begitu perkasa sepanjang musim dengan meraih gelar ganda di kompetisi lokal. Akibatnya, serangan terakhir MU sudah lebih dari cukup untuk membuat Samuel Kuffour tak kuasa mengenang malam penuh sejarah itu sepanjang hidupnya.
Tentu, setiap tim punya Teddy Sheringham dan Solksjaer-nya masing-masing. Tergantung bagaimana memanfaatkan itu. Namun, satu hal yang pasti tidak boleh ada pribadi yang tercederai dalam konteks pembangunan opini untuk memenangkan pertarungan pada 9 Desember ini. Tim terbaik dan yang paling jeli melihat peluang serta menyiapkan penyerang cadangan akan keluar sebagai pemenang. Setiap tim harus bisa menghadirkan pemimpin yang cakap dalam mengelola Madina sebab Pilkada Madina ini adalah pertaruhan kesejahteraan masyarakat untuk satu periode ke depan.
Tim Redaksi StArtNews