menu Home chevron_right
Berita MadinaBerita SumutStart News

Potret Santri Ponpes Subulussalam dalam Berdakwah : Berjalan Hingga Puluhan Kilometer Mengunjungi Desa Tertinggal

Ade | 13 Desember 2017

Santri/santriyah Ponpes Subulussalam Sayurmaincat Kotanopan Kab. Mandailing Natal berjalan kaki sejauh 9 km ke desa Batahan Kec. Kotanopan Kab. Mandailing Natal untuk melakukan dakwah ke desa-desa tertinggal.

Panyabungan.StArtNews- Sabtu Siang (9/12) puluhan Santri Pondok Pesantren Subulussalam  Sayurmaincat Kotanopan Kab. Mandailing Natal terlihat berkemas mempersiapkan bawaannya.  Ada yang mempersiapkan bekal,  dan ada juga yang mempersiapkan alat-alat nasyid serta peralatan lainnya.

Usut punya usut rupanya mereka akan berangkat melakukan aktivitas dakwah ke desa Gunungtua Simandolam  yang jaranya sekitar 7 Km dari pusat Pasar Kotanopan. Mereka berangkat dengan berjalan kaki dan menginap di desa tertinggal ini dan Minggu sorenya baru  pulang. Hal seperti ini memang sering mereka lakukan saat hari-hari besar Islam, misalnya Maulid Nabi, Israk Mi’raj, penyambutan Bulan ramadhan dan kegiatan lainnya.

Seperti bulan ini bulan Rabiul Awal, puluhan orang Santrinya dengan di temani beberapa  gurunya mengadakan  aktivitas dakwah kedesa – desa tertinggal di daerah Mandailing Julu, mulai dari Kec. Kotanopan, UluPungkut, MuaraSipongi, Pakantan dan sekitarnya. Biasanya kegiatan dakwah ini di ikuti sekitar 30-40 orang setiap berangkat.

Aktivitas dakwah ini sengaja dilakukan untuk membangun silaturrahmi antara Santri dengan warga desa  yang dituju. Selain itu, untuk melatih Santri dan Santriah agar terbiasa tampil di depan umum. Dalam kegiatan ini semua pengisi acara, mulai dari pembawa acara, membaca Alqur’an, saritilawah, puisi, pidato, nasyid serta drama, semua  dilakoni para Santri.

Kepala Aliyah Ponpes Subulussalam, Esmin Pulungan, S.Ag, mengatakan, acara dakwah ke kampung-kampung ini merupakan rutinitas yang setiap tahunnya  dilakukan. Dakwah ini sudah puluhan tahun kita laksanakan. Disamping mengenalkan Ponpes ini kepada masyarakat,  juga mengasah bakat para Santri sesuai dengan kemampuannya. Mereka dilatih untuk siap tampil di depan umum, mulai  dari membawakan pidato, puisi, baca Alquran dan kegiatan lainnya. Disini mereka akan ditempa menjadi da’i dan da’iah sejati dan siap tampil kapan dan di mana saja diperlukan,” ujarnya.

Dikatakannya, dakwah ini dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan desa tujuan. Setelah melobi desa tersebut dan masyarakatnya berkenan menerima, maka kegiatan dakwahpun dilaksanakan di sana. Biasanya kegiatan ini dilakukan setiap ada hari-hari besar Islam, mulai dari Isra’ Mikraj, Maulid serta penyambutan Ramadhan. Jadi semua pengisi acara dari Santri kita, kemudian masyarakat mendengarkan ceramah  yang disampaikan. Disini Santri kita akan diuji kemampuannya, makanya mereka dituntut banyak belajar. Ini merupakan aplikasi ilmu yang mereka tuntut selama ini di Pesantren.

Tahun ini, kita sengaja memilih desa-desa tertinggal di daerah Mandailing Julu, tujuannya agar Santri kita bisa mengenal lebih dekat bagiamana kehidupan masyarakatnya. Tidak jarang kita harus berjalan sejauh 10 km  masuk kepadalam dengan melewati hutan dengan jalan setapak untuk mendapatkan desa tersebut. Alhamdulillah,  seberat apapun rintangan dalam perjalanan, Santri kita tetap bersemangat,” kata Esmin Pulungan.

Sebelum berangkat, kita mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari pakaian sampai kepada makanan, sebab kalau sudah berangkat biasanya acaranya bisa satu harian. Alhamdulillah terkadang warga berbaik hati, setelah menempuh perjalanan 10 km terkadang warga sudah menyiapkan makanan untuk Santri kita. Tapi kalau tidak ada, kita sudah persiapkan makanan dari sekolah dengan membawa bungkusan masing-masing.  Paling sulitnya kalau acaranya dilaksanakan malam hari, apalagi jarak desanya cukup jauh. Santri kita terpaksa berjalan puluhan kilo meter dengan melewati  hutan dan menggunakan obor sebagai penunjuk jalan.

Dilanjutkannya, dalam dua bulan terkahir ini, kita sudah melakukan enam kali dakwah, sebagian besar tujuan kita itu adalah desa-desa tertinggal, misalnya desa Simpang Pining Kec. Ulu Pungkut, Pakantan Lombang Kec. Pakantan, desa Aek  Marian/Muara Potan Simandolam,  Desa Batahan Kec. Kotanopan, desa Sibinail Kec. Muara Sipongi, desa Hutapuli/Hutarumbi Kotanopan. Rata-rata untuk mencapai desa tersebut harus berjalan kaki sepanjang 7-8, misalnya ke Simpang Pining, Sibinail, Batahan, dan desa Aek Marian/Muarapotan.

Rencana kedepan, kegiatan  dakwah ini akan terus kita galakkan, sebab sisi positifnya sangat banyak. Kita akan melatih Santri agar lebih hidup mandiri dan sekaligus kita latih mentalnya agar bisa berpidato dan membawakan acara lainnya di depan umum.  Kita berharap mereka adalah pejuang-pejuang sejati yang akan terus mengumandangkan syiar Islam di  desa-desa terpencil yang tanpa mengharapkan balasan apa-apa kecuali ridha Allah,” ungkapnya.  

Reporter : Lokot Husda  

Editor : Hanapi Lubis

Komentar Anda

komentar

Written by Ade

Comments

This post currently has no comments.

Leave a Reply


Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses


  • Acara Saat Ini
  • Acara Akan Datang



  • play_circle_filled

    Streaming StArt 102.6 FM Panyabungan

play_arrow skip_previous skip_next volume_down
playlist_play

Hak Cipta @Redaksi