Tragedi PT SMGP, Cerita Korban Gas Sengaja Dibuang

Tragedi PT SMGP, Cerita Korban Gas Sengaja Dibuang

Puncak Sorik Marapi, StArtNews-Peristiwa tragedi gas beracun dari pengeboran sumur gas perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) di sektor Wallpad T menyisakan luka yang mendalam bagi warga Desa Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal.

Dalam insiden ini 5 nyawa warga Desa Sibanggor Julu melayang dan puluhan lainnya harus menjalani perawatan intensif karena menghirup gas H2S. Dari 5 yang meninggal dunia, 2 di antaranya masih balita, 1 remaja usia 15 tahun dan 2 orang dewasa.

Sehari setelah malapetaka itu terjadi, isak tangis keluarga korban pecah saat pemakaman berlangsung di Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Desa Sibanggor Julu.

Lokasi pemakaman tak jauh dari ladang pengeboran gas PT SGMP yang menjadi sumber malapetaka. Sementara tak jauh dari TPU itu merupakan areal perladangan dan persawahan tempat sejumlah warga sebelumnya ditemukan bergelimpangan dan pingsan karena menghirup gas H2S.

Rasa sedih bercampur was-was menyelimuti perasaan warga dan keluarga korban saat pemakaman. Was-was karena takut gas beracun masih mengambang di udara yang bisa saja meracuni warga. Sedih dan pilu dirasakan melihat keluarga yang mereka sayangi terbujur kaku, terbalut kain kapan ditimbun tanah perkuburan.

Dua balita, Yusniar dan Kayla Zahra, dimakamkan secara berdampingan. Dua balita itu meninggal saat berada di dangau (pondok) karena dibawa ibu mereka ke sawah saat insiden itu terjadi.

Berjarak beberapa meter, 2 korban dewasa dan 1 remaja dimakamkan secara berdampingan. Disitu ada Dahni, dan Suratmi yang dikubur berdampingan dengan putrinya Syahrani (15).

Selain dekat dengan persawahan warga, lokasi sumur gas milik SMGP ini sejajar dengan permukiman warga, sehingga saat insiden terjadi, tak hanya warga yang sedang berada di persawahan yang menghirup gas beracun itu tetapi warga di perkampungan Desa Sibanggor Julu juga terdampak. Akibatnya banyak warga yang mual dan harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.

Misbah Rangkuti, salah seorang korban berkisah, pada Senin (25/1), tepat di hari naas itu terjadi, sekitar pukul 09.30 WIB, ia sudah beraktivitas di sawah miliknya yang tak jauh dari lokasi pengeboran PT SMGP.

Tak hanya Misbah, sejumlah petani lainnya juga menggarap ladang dan sawah milik mereka sebagaimana biasanya, dan sebagian dari warga ada yang membawa anak-anak dan ditempatkan di dangau sawah.

Menurut cerita Misbah, ladang miliknya hanya berjarak sekitat 300 meter dari lokasi pengeboran sumur gas di Wellpad T. Sudah beberapa hari, kata Misbah, saat ia pergi ke ladang ada mencium bau-bau yang tidak enak seperti bau gas, dan ia juga kerap merasakan pusing dan mual saat pulang ke rumah.

“Saya di ladang mulai dari pagi itu. Jarak ladang dengan lokasi Wellpad sekitar 300 meter-an. Gas ini baunya sangat menyegat, dari situ (Wellpad) keluarnya. Di sebelah ladang saya, saudara saya Surtami (yang meninggal-red) juga saat itu sedang di ladang dengan anaknya,” kata Misbah, yang ditemui di RSU Panyabungan beberapa waktu lalu.

Cerita mengejutkan disampaikan Misbah. Menurutnya, peristiwa gas beracun yang menyebar dari sumur bor PT SGMP, bukanlah akibat kebocoran sumur bor karena faktor ketidaksengajaan pekerjanya, melainkan karena adanya pembuangan gas yang sengaja dilakukan oleh PT SMGP.

Sebab, kata Misbah, hari itu, ada seorang security dari PT SMPG datang menemuinya di ladang. Security itu pun memberitahu akan ada pembukaan sumur untuk melakukan pembuangan gas.

Namun, kata Misbah, security tersebut tidak memberi tahu jam berapa mereka akan melakukan pembuangan gas. Ia pun mengaku sempat menanyakan hal itu juga apa masih bisa ia berada di ladang untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tinggal sedikit lagi.

“Satu orang security dengan pakaian lengkap datang ke ladang saya memberi tau perusahaan akan melakukan pembuangan gas, kalau enggak salah sekitar pukul 11.30 Wib saat itu. Tapi security ini enggak bilang pembuangan gas itu waktunya kapan. Kan, pas saya tanya apa masih bisa di ladang ini nyelesaikan pekerjaan, jawaban dia bisa, katanya,” kenang Misbah.

Tetapi, kata Misbah, tak lama security itu beranjak dari ladangnya atau sekitar 5 menit kemudian, ia mengaku mencium aroma gas yang sangat menyengat.

Ia kemudian menyadari kalau bau menyengat yang membuat pernapasannya terganggu, merupakan bau gas beracun dari sumur bor PT SMGP. Ia pun kemudian menutup mulut dan hidungnya menggunakan tangan dan pakaian yang ia pakai.

Namun demikian, Misbah mengaku secara perlahan ia merasa lemas dan kondisi pernapasannya terganggu, ia merasakan sesak sehingga ia pun berlari mengarah ke kampung. Saat menuju kampung, ia sempat melihat ke ladang sebelah milik saudaranya, di sana ia melihat Surtami dan anaknya Syahrani sudah jatuh pingsan.

“Baunya sangat menyengat di hidung dan membuat kita susah bernapas, dada terasa sangat sesak. Saya melihat saudara saya Surtami dan anaknya sudah pingsan, yang ternyata keduanya akhirnya meninggal dunia. Saya tidak bisa menolong mereka, karena saya juga sudah sangat lemah dan dada sudah sangat sesak. Saya hanya berusaha menyelamatkan diri lari ke kampung memberi tahu warga,” kenangnya.

Cerita yang sama juga dituturkan Fatimah, Linda, Aidar dan beberapa petani lainnya yang ditemui StArtNews beberapa waktu lalu di RSUD Panyabungan, tempat mereka dirawat.

Menurut mereka, saat peristiwa terjadi mereka sedang berada di ladang dan sawah yang lokasinya tak jauh dari pengeboran sumur gas. Sebelumnya, memang sudah kerap tercium bau gas tetapi hari itu bau gas yang tercium sangat menyengat, dada terasa sesak dan sulit bernapas sehingga banyak yang jatuh pingsan.

Linda (38) warga Desa Sibanggor Julu, berkisah, meski ia selamat tetapi harus kehilangan anaknya Khayla Zahra (5 tahun) yang saat kejadian ikut bersamanya ke sawah.

“Pada hari itu saya bawa Khayla ke sawah. Ia saya letakkan di sopo (dangau) dekat sawah saya. Khayla saat itu bersama Yusniar (3 tahun) anak Fatimah. Keduanya meninggal karena terhirup gas beracun itu,” ucap Linda sambil terisak sedih mengisahkan peristiwa yang menimpa mereka.

Reporter: Hasmar Lubis
Editor: Hanapi Lubis

Komentar Anda

komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll To Top
Request Lagu
Loading...